Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Myanmar Larang Penyidik HAM PBB Temukan Kuburan Massal di Rakhine

Foto-foto yang diterbitkan oleh militer menunjukkan kubur yang digali dan beberapa kerangka utuh.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Ferdinand Waskita
zoom-in Myanmar Larang Penyidik HAM PBB Temukan Kuburan Massal di Rakhine
CNN
Wanita etnis Rohingya menangis di atas kapal yang mengangkut ke lokasi pengungsian. Banyak dari pengungsi adalah ibu dan anak-anak yang meninggalkan kampung mereka di Myanmar untuk menghindari pembunuhan oleh tentara Myanmar. 

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA-- Myanmar melarang seorang penyidik Hak Asasi Manusia dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menyelidiki yang menyelidiki kekerasan di negara bagian Rakhine.

Yanghee Lee, Pelapor Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Myanmar, melaporkan Rabu (20/12/2017), bahwa semua akses telah ditolak dan kerjasama ditarik selama masa jabatannya.

Demikian PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir CNN dan Reuters.

Baca: Jusuf Kalla Hadiri Penutupan Munaslub Golkar

"Saya kecewa dengan keputusan ini oleh pemerintah Myanmar," kata Lee.

"Ini tidak kooperatif atas mandat saya yang dapat dilihat sebagai indikasi yang kuat bahwa ada sesuatu yang sangat buruk terjadi di Rakhine."

Juru bicara Pemerintah Myanmar Zaw Htay kepada CNN mengatakan Lee "tidak adil dan obyektif ketika melakukan pekerjaannya, kita tidak percaya pada dirinya."

Berita Rekomendasi

Baca: 10 Ribu Kendaraan Diprediksi Tinggalkan Jakarta Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Larangan datang sehari setelah media Myanmar melaporkan bahwa kuburan massal dengan 10 mayat telah ditemukan di Inn Din, Utara ibukota negara bagian Rakhine Sittwe.

Foto-foto yang diterbitkan oleh militer menunjukkan kubur yang digali dan beberapa kerangka utuh.

Tentara mengatakan "penyelidikan akan dilakukan," menurut koran the Global New Light of Myanmar.

Lebih dari 650.000 warga Rohingya telah melintasi perbatasan dengan Bangladesh dari negara bagian Rakhine sejak terjadinya kekerasan pada akhir Agustus lalu. (CNN/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas