Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tren di Thailand, Jasa Terapi Memutihkan Alat Kelamin Pria

Jasa terapi tersebut sangat digilai banyak pelanggan dari kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Tren di Thailand, Jasa Terapi Memutihkan Alat Kelamin Pria
News.com.au/AFP
Jasa terapi memutihkan alat kelamin pria yang dipopulerkan oleh sebuah klinik kecantikan di Bangkok, Thailand, Lelux Hospital. 

Tribunnews/Ruth Vania

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Jasa terapi memutihkan alat kelamin pria ternyata sedang menjadi sebuah tren besar di Thailand.

Terapi tersebut dipopulerkan oleh sebuah klinik kecantikan di Bangkok, Lelux Hospital, yang dalam sebulan sudah melayani seratus pria.

Lelux Hospital telah menawarkan jasa terapi memutihkan alat kelamin pria sejak enam bulan lalu.

Klinik tersebut memang terkenal akan keahliannya di bidang jasa pemutih badan.

Ide terapi memutihkan alat kelamin sebenarnya tercetus setelah ada seorang pelanggan pria mengeluhkan warna kulit tak merata pada alat kelaminnya.

"Sekarang, banyak sekali permintaan akan jasa terapi tersebut dari pelanggan kami," ucap manajer departemen kulit dan laser Lelux Hospital, Bunthita Wattanasiri.

Berita Rekomendasi

"Dalam sebulan kami biasanya dapat 100 pelanggan untuk itu, sekitar tiga sampai empat pelanggan tiap hari," jelasnya.

Menurut Wattanasiri, prosedur terapi dilakukan menggunakan alat laser pemutih yang berukuran sangat kecil.

Karena melibatkan bagian tubuh yang sensitif, butuh tingkat ketelitian yang tinggi dalam menjalankan prosedur terapi memutihkan alat kelamin.

"Harus sangat hati-hati, sebab itu daerah sensitif," ujar Wattanasiri lagi.

Jasa terapi tersebut sangat digilai banyak pelanggan dari kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), yang kebanyakan berusia antara 22-55 tahun.

Lelux Hospital menetapkan harga sekitar 650 dolar AS (Rp 9 juta) untuk jasa terapi memutihkan alat kelamin, yang terdiri dari lima tahap prosedur.

Meski terbukti menarik banyak pelanggan, jasa terapi itu ternyata menuai kritik, terutama dari warganet di media sosial, karena dianggap tabu.

"Ya, Tuhan. Ada apa dengan dunia ini?," komentar seorang warganet dengan akun Parin Ruansati di Facebook.

"Orang-orang zaman sekarang tampaknya sulit sekali bangga akan warna kulit aslinya," sahut seorang warganet lain.

Pada 2017, klinik tersebut juga sempat menimbulkan kontroversi atas jasa terapi '3D Vagina', sebuah prosedur pemindahan lemak tubuh ke alat kelamin wanita agar organ vital itu lebih terlihat kencang. (AFP/News.com.au)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas