Setelah demo besar antipemerintah di Iran, sulit memastikan apa yang akan terjadi
Iran diguncang demonstrasi besar-besaran antipemerintah di beberapa kota pada akhir Desember. Apa pemicu demonstrasi ini? Apa yang akan terjadi
Namun situasi di Iran tidak sepenuhnya kondusif sejak revolusi pada 1979.
Pada 2005, Mahmoud Ahmadinejad menang pemilihan presiden dan kembali terpilih pada 2009 namun banyak yang tidak setuju dengan hasil pemilu itu dan curiga pemungutan suara dicurangi.
Maka kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan hasil pemilu menggelar gerakan perlawanan yang disebut Gerakan Hijau, yang diikuti oleh jutaan orang untuk mendesak agar pemilihan umum diulang.
Aksi ini menjadi yang terbesar di Iran sejak revolusi pada 1979 dan beberapa di antaranya diwarnai kerusuhan.
Meski ditentang secara luas, pemimpin tertinggi Ali Khamenei menegaskan bahwa hasil pemilu sah dan kemudian Ahmadinejad diambil sumpah sebagai presiden untuk masa jabatan kedua pada Agustus 2009.
Pemilihan presiden 2013 dimenangkan oleh Hassan Rouhani yang didukung lebih dari separuh pemilih, yang berharap ia bisa menerapkan reformasi dan perubahan mendasar di Iran.
Mengapa Iran perlu perubahan?
Salah satu hal penting dalam masa kepresidenan Rouhani terjadi pada 2015 ketika dia menyepakati perjanjian penting dengan sejumlah negara.
Saat ini Iran tak berhubungan baik dengan negara-negara berpengaruh karena program nuklir yang dijalankan pemerintah di Teheran. Negara-negara besar curiga program nuklir ini untuk kepentingan militer, sementara Iran menegaskan program ini untuk kepentingan damai.
Akibatnya, PBB, Amerika Serikat dan beberapa negara lain menerapkan sanksi atau pembatasan yang pada tataran praktis ditujukan untuk merusak perekonomian Iran.
- Serangan ganda di Teheran 'kejutkan' masyarakat di Iran
- Iran batasi Telegram dan Instagram setelah aksi unjuk rasa
- Presiden Rouhani:
Iran misalnya dilarang menjual minyak dan gas alam ke sejumlah negara yang sangat berdampak karena Iran sangat tergantung dengan penerimaan dari sektor minyak dan gas.
Akibat larangan ini maka Iran kehilangan pemasukan senilai £110 miliar atau sekitar Rp2.000 triliun dari penjualan minyak pada periode 2012 hingga 2016.
Hilangnya penerimaan dari minyak membuat perekonomian Iran terpuruk: harga pangan dan bahan bakar menjadi sangat mahal bagi warga kebanyakan.
Ketika Rouhani berkuasa, ia berjanji untuk mengatasinya.