Jalani Tes Kesehatan, Presiden Donald Trump Dipastikan Tidak Mengalami Gangguan Jiwa
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tidak menunjukkan kejanggalan atau abnormal dalam tes kognitif, sebut dokter Gedung Putih.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AS - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tidak menunjukkan kejanggalan atau abnormal dalam tes kognitif.
"Saya tidak punya kekhawatiran mengenai kemampuan kognitif atau fungsi-fungsi syaraf," kata dokter Ronny Jackson, dokter Gedung Putih yang memeriksa Trump.
Pemaparan Jackson, yang juga dokter bagi Barack Obama saat masih menjabat presiden, dikemukakan kepada para wartawan setelah Trump menjalani serangkaian uji kesehatan.
"Semua data mengindikasikan presiden sehat dan akan tetap begitu selama masa kepresidenannya," ujar Jackson.
"Dia terus menikmati manfaat kesehatan jantung dan kesehatan keseluruhan berkat pantangan tembakau dan alkohol seumur hidup," tambahnya.
Baca: Diduga Sakit Jiwa, Presiden Trump Terancam Dilengserkan
Bagaimanapun, imbuh Jackson, akan lebih afdal jika Trump melakukan diet rendah lemah dan menambah porsi latihan fisik.
Pada Jumat (12/01/2018), sejumlah dokter memeriksa kesehatan Trump di Pusat Kesehatan Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland.
Saat itu, tes menunjukkan hasil yang "sangat baik".
Khusus untuk memeriksa potensi gangguan jiwa, para dokter menggunakan uji neuropsikologi yang disebut Montreal Cognitive Assessment (MoCA).
Dalam tes tersebut, para dokter memantau perhatian dan konsentrasi pasien, daya ingatnya, bahasa, pemikiran konsep, perhitungan, serta orientasi.
Hasil baik yang diperoleh Trump dalam pemeriksaan kesehatan ini mengemuka setelah kemunculan buku berjudul Fire and Fury: Inside the Trump White House karya jurnalis Michael Wolff.
Dalam bukunya, Wolff menulis kesaksiannya selama mendapat akses ke Gedung Putih. Saat itu, menurut Wolff, orang-orang di sekitar Trump mulai menyadari bahwa "kondisi kejiwaannya tergelincir".
Wolff juga mengatakan presiden berusia 71 tahun itu kerap mengulang-ulang kalimat. Trump juga diduga mengalami serangkaian gejala Penyimpangan Kepribadian Narsistis (NPD) hingga Alzheimer.