Peringatan Gempa Hanshin 23 Tahun Lalu di Jepang Masih Diwarnai Tangis Teman dan Keluarga
Ribuan orang berkumpul, sekitar 3700 orang di tempat bencana tersebut di tengah hujan pagi
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tepat 23 tahun lalu, 17 Januari 1995 jam 5:46 pagi, gempa bumi dahsyat berkekuatan 7 Skala Richter menghantam daerah Hanshin, Kobe dan sekitarnya dan menimbulkan korban 6434 orang meninggal.
Ribuan orang berkumpul, sekitar 3700 orang di tempat bencana tersebut di tengah hujan pagi ini, berdoa, menyalakan lilin, merenungkan masa 23 tahun lalu bahkan tak sedikit yang menangis kembali mengingat teman dan keluarganya yang meninggal.
"Saya kehilangan harta benda, anak lelaki meninggal, semua akhirnya kehidupan harus dimulai dari nol lagi," ungkap Sai Toshio (76) dari Suma-ku Kobe, mengenang dirinya saat terjadi gempa Hanshin tersbeut.
Para keluarga dan teman korban berkumpul pagi ini di beberapa tempat di Kobe selain di Himeji juga di Taman Higashi Yuenci di Kanocho, Chuo, Kobe, Perfektur Hyogo.
Akira Kubo (45), yang mengunjungi taman tersebut di bagian Timur bersama istri dan tiga anaknya, berada di tingkat empat universitas saat gempa berada dalam rumahnya di Tarumi-ku, Kobe di mana dia tinggal saat ini.
"Semua orang di keluarga aman, tapi sejak anak laki-laki lahir dan kini berusia 9 tahun, setiap tahun, saya ingin memberitahu anak-anak tentang gempa tersebut dan memberi tahu mereka penderitaan yang ada selama ini dialami rakyat Kobe," ungkap Kubo.
Anggota masyarakat lain yang mengalami bencana itu pula, Koji Todo (62) mengomentari, "Saya telah bekerja keras setiap hari untuk bisa lebih maju daripada hari sebelumnya selama ini," tekannya sambil memegang lilin sambil berusaha melindungi kehidupan manusia bahkan jika terjadi bencana kerusakan, "Saya pikir masyarakat mungkin masih berkabung untuk bencana ini."
Papan nama para korban juga tercantum di lokasi pusat gempa di Kobe dan dikunjungi banyak anggota keluarga sambil berdoa kembali untuk para arwah keluarganya.
"Saya datang ke sini setiap tahun, bukan hanya Gempa Besar Hanshin-Awaji tapi juga mendoakan orang lain yang terluka dalam bencana besar ini," papar keluarga Mukai Sichiro mengenag ayahnya tersebut yang meninggal dunia saat gempa bumi.
Hisako Nakatsuka (49), yang pada saat gempa di rumahnya di Nagata-ku, Kobe, mengatakan, "Meski keluarga selamat, saya tidak bisa melupakan kebakaran berskala besar yang terjadi di Nagata-ku. Saya datang untuk berdoa bagi jiwa orang-orang yang telah meninggal. "
Di kota Awaji telah dibangun "Hokudan Earthquake Memorial Park" sebagai peringatan gempa bumi Hanshin.
Sekitar 200 orang termasuk keluarga yang berduka berkumpul dan menyalakan lampu atau lilin yang terbuat dari bambu di kolam taman dan berdoa mengenang para korban di Awaji.
Kemudian, setelah diam sejenak pada pukul 05.46 ketika gempa terjadi, para keluarga korban dan teman menyanyikan lagu "Happy to carry" mengenang gempa Hanshin tersebut.