Perdana Menteri Selandia Baru Umumkan Kehamilannya di Twitter
Selandia Baru telah lama dikenal memiliki reputasi progresif sebagai negara yang pertama kali memberikan perempuan hak mengikuti pemungutan suara.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SELANDIA BARU - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, Jumat (19/1), dia sedang mengandung anak pertama, yang diperkirakan akan lahir pada Juni, kantor berita Associated Press melaporkan.
Ardern, perdana menteri termuda di Selandia Baru selama lebih dari satu abad, mengumumkan kehamilannya melalui cuitan di Twitter dan mengatakan pasangannya, Clarke Gayford, akan menjadi bapak rumah tangga setelah kelahiran bayi mereka.
“Kami pikir 2017 adalah tahun besar. Tahun ini kami akan bergabung dengan banyak orang tua yang mengenakan dua topi. Saya akan menjadi perdana menteri dan seorang ibu, sedangkan Clarke akan menjadi ‘laki-laki pemancing pertama ’ dan bapak rumah tangga,” kata Ardern, yang berusia 37 tahun, dalam cuitan di akun Twitter-nya.
Baca: Gaya Presiden Trump Cium Pipi Putrinya dengan Mulut Terbuka Dinilai Tak Pantas
Ardern mengatakan dia mengetahui bahwa dirinya hamil pada 13 Oktober tahun lalu, enam hari sebelum dia menduduki jabatan tertinggi di negara itu, ketika Pemimpin Partai Pertama, Peters, mengumumkan dia akan berpihak kepada Partai Buruh dalam negosiasi setelah pemilu.
Dalam pernyataannya, Ardern mengatakan akan terus bekerja hingga Juni dan akan terbang ke London pada April untuk menghadiri pertemuan pemimpin negara-negara Persemakmuran.
Setelah melahirkan, Ardern hanya akan mengambil cuti selama enam minggu dan dia sudah meminta Wakil Perdana Menteri Winston Peters untuk menggantikan selama dia menjalani cuti melahirkan.
Pengumuman ini mengundang banjir dukungan dari kelompok pembela hak-hak perempuan dan aktivis buruh. Ardern adalah pemimpin perempuan ketiga di Selandia Baru.
“Sangat menginspirasi..memiliki perdana menteri yang memberi teladan adalah sebuah tanda yang sangat baik sudah seberapa jauh pencapaian hak-hak perempuan pekerja di Selandia Baru,” kata Presiden Dewan Serikat Perdagangan, Richard Wagstaff, melalui email kepada Reuters
Selandia Baru telah lama dikenal memiliki reputasi progresif sebagai negara yang pertama kali memberikan perempuan hak untuk mengikuti pemungutan suara pada 1893.
“Ini adalah saat yang luar biasa...125 tahun kemudian, kami memiliki seorang perdana menteri yang akan melahirkan pada saat menjabat,” kata Menteri Urusan Perempuan, Julie Anne Genter. [fw/au]
Sumber: VOA Indonesia