Pemuda Semakin Langka, Perempuan di Suriah Mulai Khawatir Jadi 'Perawan Tua'
Perang yang melanda Suriah berdampak terhadap kehidupan kaum perempuan di negara tersebut.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS — Perang yang melanda Suriah berdampak terhadap kehidupan kaum perempuan muda di negara tersebut.
Seorang mahasiswi Universitas Damaskus, Suriah, bernama Nour dengan sedih mengamati jari manisnya yang "telanjang" karena tak dihiasi cincin pernikahan.
Nasib yang sama menimpa banyak mahasiswi lain di kampus itu karena meski begitu banyak gadis yang masih sendiri, nyaris tak ada pria di kampus tersebut.
Baca: Tabrak Gunung, 60 Penumpang dan 6 Kru Pesawat Iran Aseman Airlines Tewas
Dalam usia yang sudah 30 tahun, Nour sebenarnya sudah siap menikah.
Namun, perang yang masih melanda Suriah membuat para pria pindah ke negara lain, masuk militer, atau tewas di medan pertempuran.
"Saya harap cincin pernikahan bisa menghiasi jari manis saya satu hari nanti," kata Nour yang menolak memberikan nama lengkapnya.
Baca: Seorang Perempuan di Brasil Ternyata Masih Hidup Setelah Dikubur 11 Hari
"Namun, tak ada lagi pemuda di sini. Mereka sudah lama pergi. Saya memperhatikan setiap tahun jumlah pria semakin berkurang," tambahnya.
Konflik Suriah pecah pada 2011 yang diawali unjuk rasa menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, tepat di saat Nour akan mendapat gelar sarjana ekonomi.
Nour mengingat, setiap pekan dia selalu mendapatkan lamaran dari para pemuda, kini hal serupa tak dialaminya lagi.
"Kini nyaris tak ada pria yang melamar saya. Meski ada yang melamar, mereka tak sesuai untuk pernikahan normal karena jika pria itu sudah berusia lanjut, dia sudah beristri," tambah Nour.
Baca: Tabrak Gunung, 60 Penumpang dan 6 Kru Pesawat Iran Aseman Airlines Tewas
Untuk mengisi waktu, akhirnya Nour memilih kembali kuliah di Universitas Damaskus kali ini di Fakultas Sastra.
"Saya terlalu banyak punya waktu luang. Tak ada teman, tak ada kekasih, tak ada suami," ujar perempuan berambut pirang itu.