Pemilihan Miguel Diaz-Canel Sebagai Presiden Kuba Menandai Selesainya Generasi Kepemimpinan Castro
Dalam sejarah perjalanan Kuba, keluarga Castro telah memerintah negara sosialis itu sejak revolusi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Meskipun Diaz-Canel akan menjadi Presiden Kuba, namun posisi penentu kebijakan tetap didominasi oleh Castro melalui partainya.
"Mereka mengatur pedoman untuk negara dan Raul Castro akan tetap menjadi Kepala Partai Komunis yang kuat, jadi tentu saja Diaz-Canel tidak akan bisa bergerak dan membuat terobosan baru bagi Kuba, bahkan sekalipun ia menginginkannya, itu bukan posisinya," tambah Newman.
Kuba menghadapi kesulitan ekonomi setelah dipimpin Raul castro, yang menggantikan saudara laki-lakinya, Fidel yang telah memprakarsai reformasi gaya pasar yang disepakati pada 2011 silam.
Reformasi itu menyebabkan ledakan dalam kondisi ekonomi Kuba, sejak saat itu kondisi ekonomi negara itu melambat.
"Meskipun ada kesalahan dan kekurangan yang diakui dalam paripurna, situasinya lebih baik daripada beberapa tahun silam," kata Castro, seperti yang dikutip oleh surat kabar partai, Granma.
Baca: Pemecatan Penasehat Khusus Robert Mueller Diprediksi Timbulkan Protes Besar-besaran Di Amerika
Kampanye politik dilarang di Kuba, sehingga hanya sedikit hal yang diketahui terkait rencana Diaz-Canel untuk menavigasi tantangan-tantangan ini.
Ada alasan untuk meyakini bahwa calon Presiden itu diduga akan melanjutkan liberalisasi kebijakan sosial, mengingat dukungannya di masa lalu untuk hak kaum LGBT, memperluas akses internet dan melonggarkan kontrol pemerintah terhadap media.
Namun demikian, tidak diketahui apakah Diaz-Canel mendukung perubahan pemerintah Kuba dari adanya sistem satu partai yang ada sejak revolusi, seperti yang diminta politisi anti-Castro di Washington.
Miguel Diaz-Canel akan menjadi Presiden Kuba berikutnya, ini akan menjadi yang pertama kali dalam sejarah hampir enam dekade, negara pulau itu tidak dipimpin oleh keturunan Castro.