Analis Politik: Konflik Suriah Melahirkan Friksi Politik di Timur Tengah
Analis politik, M Syauqillah berpendapat tidak banyak yang dapat dilakukan oleh negara-negara OKI dan Liga Arab merespon serangan atas Suriah.
Penulis: Dewi Agustina
Dosen Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI ini menilai, dukungan Turki atas serangan Amerika dan sekutu sepertinya berbanding terbalik dengan sikap keras Turki terhadap dukungan AS atas kelompok PYD dan YPG, milisi Kurdi di Suriah.
Demikian pula dengan dukungan Turki atas serangan AS yang diikuti pula dengan komunikasi telepon Erdogan dengan Rouhani pada 17 April 2018, berisi tentang perhatian Erdogan terhadap senjata kimia dan harapan agar kerja sama ekonomi Turki-Iran terus berlanjut.
Baca: Hendak Jemput Keluarga, Albinus Malah Dikeroyok Sejumlah Sopir Taksi Bandara
"Artinya, melihat situasi geopolitik saat ini, kebijakan politik luar negeri Turki sangat realis dan pragmatis dengan memperhitungkan kepentingan nasionalnya," jelasnya.
Lalu bagaimana posisi Indonesia?
Menurut peneliti senior The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), mandat Konstitusi dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia harus turut memelihara perdamaian dunia.
Kebijakan politik luar negeri bebas aktif menjadi peluang untuk terus menyuarakan perdamaian ke dua faksi politik yang sedang bertikai.
"Dalam konteks inilah, Indonesia perlu mengambil peran sebagaimana halnya isu Palestina," ujar dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.