Pengacara Trump Disogok Rp 5,6 Miliar untuk Atur Pertemuan Presiden Ukraina dengan Presiden AS
Seorang perwira tinggi intelijen Ukraina mengisahkan apa yang terjadi sebelum kunjungan ke Gedung Putih.
Editor: Hasanudin Aco
![Pengacara Trump Disogok Rp 5,6 Miliar untuk Atur Pertemuan Presiden Ukraina dengan Presiden AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/presiden-ukrainia_20180524_165033.jpg)
Pejabat intelijen senior di Kiev mengatakan Cohen dibantu oleh Felix Sater, mantan mafia yang pernah menjadi mitra bisnis Trump. Namun, Pengacara Sater juga membantah tuduhan itu.
Kantor presiden Ukraina awalnya menolak berkomentar, tetapi ketika dimintai tanggapan oleh seorang wartawan lokal, mereka mengeluarkan pernyataan yang menyebut hal itu sebagai "dusta, fitnah dan palsu".
Adapun dalam pemberitaan media Juni lalu, saat Poroshenko terbang ke Washington, dia masih mendapat kepastian tentang berapa banyak waktu yang akan diperolehnya bersama Trump.
Jadwal Gedung Putih waktu itu mencantumkan bahwa Presiden Poroshenko akan 'mampir' ke Ruang Oval saat Trump melangsungkan rapat staf. Itu yang merupakan jadwal melalui saluran resmi.
Lalu Cohen dibayar agar dalam pertemuan itu, Poroshenko mendapat lebih dari sekedar jabat tangan dan pembicaraan singkat, atau "beberapa menit yang memalukan", kata pejabat senior itu. Negosiasi soal ini berlanjut bahkan hingga saat-saat akhir di hari yang dijadwalkan.
Pihak Ukraina marah, kata pejabat itu, karena Cohen mengantungi "ratusan ribu dolar" dari mereka untuk sesuatu yang tidak dapat dia wujudkan.
Sampai saat-saat terakhir, pemimpin Ukraina itu tidak mendapat kepastian soal waktu pertemuan.
"Lingkaran dalam Poroshenko sangat terkejut tentang betapa kotornya seluruh pengaturan (dengan Cohen) ini."
Presiden Poroshenko merasa sangat perlu bertemu Trump karena apa yang terjadi dalam kampanye pemilihan presiden AS.
Pada bulan Agustus 2016, New York Times menerbitkan sebuah dokumen yang menunjukkan manajer kampanye Trump, Paul Manafort, mendapatkan jutaan dolar dari sebuah kelompok pro-Rusia di Ukraina.
Kasus itu terbongkar melalui "buku hitam" milik sebuah partai pro-Rusia yang mempekerjakan Manafort ketika ia mengelola perusahaan konsultasi politik di Ukraina.
Halaman yang mengungkap Manafort itu tampaknya berasal dari Biro Anti Korupsi Nasional Ukraina, yang sedang menyelidiki Manafort. Sesudah itu Manafort harus mengundurkan diri dari tim Trump.
Beberapa sumber di Ukraina mengatakan Poroshenko mengizinkan pembocoran kasus itu, karena percaya bahwa Hillary Clinton akan memenangkan kursi kepresidenan.