Keluarga Ungkap Alasan Razan al Najjar Sengaja Ditembak, Sniper Israel Tak Pernah Salah Sasaran
Seorang paramedis Gaza, Razan al Najjar ditembak oleh pasukan militer Israel tepat di dadanya pada 2 Juni 2018.
Editor: Suut Amdani
Dalam wawancara tersebut, Najjar berkata, "Kami menyaksikan banyak serangan oleh pasukan Israel, termasuk paramedis dan wartawan yang menjadi sasaran. Padahal seharusnya mereka dilindungi,"
"Saya ingin seluruh dunia melihat, mengapa pasukan Israel menargetkan kami yang hanya paramedis ini? Kami bahkan tidak melawan, tidak menyerang dan tidak melakukan apapun yang membahayakan. Kami hanya menyelamatkan orang yang terluka, mencoba menyembuhkan luka mereka,"
"Jadi, tolong jawab kenapa mereka menargetkan kita juga?"
Keluarga dan rekan-rekan Najjar menduga bahwa ini merupakan salah satu alasan kuat kenapa sniper Israel menargetkan Najjar.
Mengutip dari cuitan akun resmi Twitter pasukan militer Israel, @IDFSpokesperson pada tanggal 31 Maret 2018 (yang sekarang telah dihapus), pasukan militer itu tak pernah meluncurkan peluru acak tanpa kontrol.
Mereka selalu tahu target mereka, dan tahu di mana peluru itu akan bersarang.
Melihat kesaksian keluarga dan rekan Najjar, ada kemungkinan bahwa kematian Najjar telah ditargetkan sebelumnya dan bisa saja rekaman wawancara tersebut jadi salah satu pemicunya.
Pemakaman
Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup.
"Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan.
Protes itu adalah demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat pagar dengan Israel yang dijuluki the Great March of Return.
Putri Sabreen, Razan yang berusia 21 tahun, telah menjadi sukarelawan untuk membantu mereka yang ditembak oleh penembak jitu Israel.
"Dalam sekejap mata, dia keluar dari pintu. Saya berlari ke balkon untuk mengawasinya di luar tetapi dia sudah berjalan ke ujung jalan," kata Sabreen, Sabtu, dikelilingi oleh sanak keluarga, teman-teman dan pasien wanita putrinya pernah dirawat.
"Dia terbang seperti burung di depanku."