Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mimpi Besar Dubes Tantowi Tentang Dunia Tanpa Prasangka

Tantowi mengungkapkan mimpi besarnya untuk dunia di tahun 2025.penduduk indonesia muim terbesar

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Mimpi Besar Dubes Tantowi  Tentang Dunia Tanpa Prasangka
ISTIMEWA
Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya,bersama peserta forum tahunan New Zealand Institute of International Affairs (NZIIA). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON-Bertempat di Wellington Club, Rabu (20/6/2018) malam, Dubes Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, ditunjuk menjadi wakil Asia untuk berpidato di forum tahunan New Zealand Institute of International Affairs (NZIIA). 

 Dihadapan ratusan tamu undangan yang terdiri dari politisi, anggota korps diplomatik, akademisi dan penggiat masalah internasional, Tantowi mengungkapkan mimpi besarnya untuk dunia di tahun 2025.

 "Bagi saya, mimpi bukanlah khayalan tak bermakna. Mimpi adalah dorongan untuk berusaha dan fokus pada tujuan kita. Mewujudkan mimpi, kita harus kerja keras dan yakin akan bantuan Tuhan. Untuk itulah saya bermimpi, hidup di dunia tanpa konflik, tanpa prasangka dan tanpa permusuhan," ujar Tantowi dalam pembukaan sambutannya. 

"Kita meminjam dunia ini dari anak cucu kita. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menyiapkan dunia yang sesempurna mungkin," lanjutnya.

Faktanya, lanjut Tantowi lagi, hanya ada 11 negara yang bebas konflik. Sementara lebih dari 180 negara lainnya di dunia masih diselimuti konflik menurut data dari International for Economics and Peace tahun 2014.

Hal ini menunjukkan masih belum berbuat yang terbaik untuk membebaskan dunia dari konflik.

Berita Rekomendasi

 
Tantowi yang juga merangkap Dubes RI untuk Samoa dan Tonga ini menyampaikan bahwa saat ini dunia yang diwarnai oleh rasa takut, kecurigaan dan ketidakdilan.

Berujung pada terciptanya dunia yang tidak lagi aman. Di tengah meningkatnya pengguna internet, lanjutnya, semakin banyak pesan dan agenda politik yang disampaikan lewat sosial media.

Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi. Masalahnya, imbuhnya,  banyak dari pesan tersebut yang membingungkan bahkan meresahkan masyarakat.  

Sebagai wakil dari negara-negara Islam, Tantowi dalam kesempatan itu juga menyatakan keprihatinannya terhadap label negatif terhadap Islam sekarang ini.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, ia menegaskan, Indonesia sangat prihatin dengan berbagai berita miring tentang Islam di media, khususnya sosial media. Stereotyping dan profiling terhadap Islam membuat jarak  semakin lebar.

"Kita tidak bisa berteriak Allahu Akbar tanpa orang lain berpikir harus menghubungi polisi. Di beberapa bandara, orang dengan nama, rupa atau pakaian Timur Tengah harus menjalani pemeriksaan keamanan acak," ujarnya.

"Tahun 2025 semua hal ini harus berhenti karena prasangka terhadap agama, kelompok atau ras tertentu sudah tidak boleh lagi dipertontonkan kepada anak cucu kita, " ungkapnya yang langsung disambut aplaus hadirin.

Tantowi yakin Indonesia dapat memberikan contoh nyata dalam berdemokrasi, toleransi dan perdamaian kepada dunia.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamiin akan mampu mengajak umatnya untuk saling menyayangi, saling menghargai dan patuh pada aturan dan pemimpinnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas