Tantang Amerika, Rouhani Sebut AS Tidak Menyadari Dampak Larangan Impor Minyak Iran
"Amerika mengatakan mereka ingin mengurangi ekspor minyak Iran ke titik nol, ini menunjukkan mereka belum memikirkan konsekuensinya," kata Rouhani
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, TEHRAN - Presiden Iran Hassan Rouhani telah berjanji bahwa negaranya akan tetap berdiri 'teguh' menghadapi ancaman Amerika Serikat (AS) terkait rencana penghentian impor minyak dari Iran.
Baca: Jubir PSI Ini Menantang Prabowo Soal Biaya Pembangunan LRT
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu kemarin, Rouhani memperingatkan konsekuensi dari langkah semacam itu.
"Amerika mengatakan mereka ingin mengurangi ekspor minyak Iran ke titik nol, ini menunjukkan mereka belum memikirkan konsekuensinya," kata Rouhani, seperti yang dikutip oleh kantor berita IRNA saat kunjungan resminya ke Wina, Austria.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Kamis (5/7/2018), ucapan tersebut ia sampaikan beberapa jam setelah juru bicara militer AS berjanji untuk menjaga saluran air Teluk, terbuka bagi kapal tanker minyak.
Sehari sebelumnya, Rouhani telah mengeluarkan komentar serupa.
Ia mengatakan bahwa Iran bisa mengganggu ekspor regional, jika negara-negara pengimpor minyak berhenti mengimpor dari negaranya.
Ancaman tersebut menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei lalu, yang ditandatangani dengan sejumlah negara yang memiliki pengaruh di dunia dan Uni Eropa.
Sejak menarik diri dari kesepakatan itu, AS telah menyampaikan kepada negara-negara pengimpor bahwa mereka harus menghentikan semua impor minyak Iran mulai 4 November mendatang.
Jika itu tidak dilakukan, maka negara-negara tersebut akan menghadapi langkah sanksi keuangan dari AS.
Para pejabat Iran sebelumnya mengancam akan memblokir Selat Hormuz, yang merupakan rute pelayaran utama sebagai bentuk pembalasan atas tindakan AS.
Negara-negara penandatangan lainnya saat ini bersama Rouhani di Wina untuk mendiskusikan bagaimana kesepakatan tersebut bisa dipertahankan.
Para penandatangan kesepakatan, termasuk Uni Eropa, telah berjanji untuk menjaga agar kesepakatan 2015 tetap berjalan tanpa AS, dengan mencoba untuk menjaga agar minyak dan investasi Iran tetap mengalir.
Kendati demikian, negara-negara tersebut mengakui bahwa sanksi yang diberikan AS akan membuat sulit dalam memberikan jaminan bagi Iran.
Rouhani mencatat, jika sisa partai bisa menjamin keuntungan negaranya, Iran akan tetap dalam kesepakatan.
"Iran akan lolos dari babak sanksi AS ini karena telah selamat dari sanksi sebelumnya," jelas Rouhani yang menggambarkan sanksi AS sebagai kejahatan dan agresi.
Sebelumnya pada Rabu kemarin, seorang pejabat senior minyak Iran mengatakan tekanan Trump pada perusahaan internasional untuk tidak membeli minyak Iran akan mendorong harga lebih tinggi dan akhirnya menciderai ekonomi AS.