Mengenal Kusuo Kobayashi, Yakuza Jepang Sekaligus Bodyguard Presiden Soekarno Tahun 1958
Perkenalan Presiden Soekarno dengan Ratna Sari Dewi Soekarno atau Naoto Nemoto tidak lepas dari bodyguard dari kalangan mafia Jepang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perkenalan Presiden Soekarno dengan Ratna Sari Dewi Soekarno atau Naoto Nemoto tidak lepas dari bodyguard dari kalangan mafia Jepang (yakuza) yang dipimpin Kusuo Kobayashi (1930-meninggal 11 Januari 1990).
"Kobayashi orang terpenting yang menjaga Bung Karno saat ke Tokyo 1958 kapasitas pribadi dan membantu mempertemuan dengan Naoto Nemoto (Dewi)," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (13/7/2018).
Kobayashi lulusan SMA Teikyo adalah mantan Kepala Sumiyoshikai, Kepala Kobayashikai, Pendiri dan Shonensha kelompok kanan yang cukup disegani di Jepang.
Kelompok ini didirikan 13 Oktober 1961 di Yukigawa Otaku Tokyo lalu pindah ke Ginza 7-2-2 Chuoku Tokyo.
Di bidang bisnis, dia adalah Direktur Utama Dai Nihon Kogyo, perusahaan konstruksi Jepang.
Kobayashi juga bekerjasama dengan Ryuzo Sejima dari Itochu Corporation untuk ikut menjamu Bung Karno saat di Tokyo kala itu.
Baca: Tangis Anak Pemulung Pecah ketika Tim SAR Kembali Tanpa Membawa Tubuh Ayahnya yang Tertimbun Longsor
Kelompok Kobayashi yang juga salah satu tiang utama kelompok Sumiyoshikai, kelompok yakuza terbesar kedua Jepang saat itu bekerjasama dengan Yoshio Kodama, sang broker hitam (kuromaku) yang berasal dari Yamaguchigumi.
Akhir Januari 1958, kedatangan Soekarno ke Tokyo dalam kapasitas pribadi untuk bertemu sang wanita muda cantik idamannya, Ratna Sari Dewi, yang bekerja sebagai hostes di Ginza dan diperkenalkan oleh Masaya Kirishima (saat ini tinggal di Jakarta serta pemegang saham besar sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan).
Konsul Jenderal Indonesia di Tokyo, Iskandar Ishak meminta perlindungan Soekarno kepada Kodama yang akhirnya Kodama meminta bantuan kepada Kobayashi yang mengerahkan 20 PG (Polisi Ginza), pasukan yakuza khususnya dari kelompok Kobayashi-kai.
"Bisa dibayangkan saat itu mereka membawa senjata api dan polisi sekitar Ginza juga tahu tetapi pura-pura tidak tahu karena tahu keberadaan PG yang menjaga Presiden Indonesia," ungkap sumber Tribunnews.com.
Baca: Tak Sanggup Bayar Utang Bank Rp 240 Juta, Rumah Mewah di Desa Watukenonggo Dieksekusi
Kapasitas pribadi tersebut yang tidak memungkinkan polisi Jepang menjaga secara resmi Soekarno.
Sementara saat itu juga ada ancaman dari DI/TII yang kabarnya mau memburu dan membunuh Soekarno di Tokyo Jepang.
Maka bantuan menjaga Soekarno pun datang dari kalangan informal Jepang, bahkan dari Yakuza Jepang sebanyak 20 orang mengamankan Soekarno selama kunjungan ke Jepang khususnya ke Ginza menemui sang jantung hatinya Ratna Sari Dewi.