Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imigrasi KBRI Tokyo Gunakan Sistem SIMKIM, Masih Juga Dikeluhkan Warga Indonesia di Jepang

Menurutnya, lokasi kediamannya yang jauh dari Shizuoka 3 jam ke Tokyo menggunakan mobil.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Imigrasi KBRI Tokyo Gunakan Sistem SIMKIM, Masih Juga Dikeluhkan Warga Indonesia di Jepang
Richard Susilo
Arief Munandar Kepala Imigrasi KBRI Tokyo 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS Tokyo - Seorang warga Indonesia di Shizuoka Jepang, Dewi, masih mengeluhkan pelayanan imigrasi KBRI Tokyo di Shinagawa Tokyo karena harus menunggu lama tidak seperti 15 tahun lalu yang katanya cepat.

"Dulu itu tidak pakai antri. Kita datang serahkan dokumen terus di cek kelengkapannya, Tunggu sebentar, langsung dikonfirmasi mau diambil or dikirim," kata Dewi khusus kepada Tribunnews.com Jumat ini (27/7/2018).

Menurutnya, lokasi kediamannya yang jauh dari Shizuoka 3 jam ke Tokyo menggunakan mobil.

"Jadi diperbolehkan paspor yang baru dikirimkan via pos dengan amplop letter pack atau yupack (maibarai), kan enak," tambahnya.

Sekarang itu, tambahnya lagi, repotnya harus foto , sidik jari, pendataan file di komputer dan lain-lain.

"Masih lagi plus harus pakai no.antri perorangan dilayani lebih kurang 15 menit per orang. Tapi kenyataannya tiaklah begitu."

BERITA REKOMENDASI

Menurutnya, dokumen yang belum lengkap masih saja ditunggu sampai lengkap. Padahal yang ngantri nunggu lama.

"Kalau menurut saya nunggu lama itu kasih nomor antrian baru saja, atau loket tersendiri bagi kelengkapan dokumen."

Bagi Dewi yang lokasi nya jauh maksudnya kebetulan ke Tokyo kan mau sekalian jalan-jalan, tekannya.

Jadi pagi ngurus paspor kalau bisa satu atau dua jam sudah selesai.

"Jadi siangnya kan bisa jalan-jalan di Tokyo. Ini mah nyerahin pagi jam10 dipanggilnya jam 4sore. Alhasil bete di dalam KBRI dan waktui jadi sia-sia tidak bisa jalan-jalan di Tokyo. Itulah kesedihan saya sebagai bukan orang Tokyo."


Dewi juga mengusulkan, "Kalau bisa waktu menunggu jangan terlalu lama."

Urusan kelengkapan dokumen dicek (scan ) saat orang tersebut me nyerahkan dokumen.

"Kalaupun harus di copy ukuran A4 lampirannya, jadi harus dijelaskan lengkap."

Lalu tambahnya, kalau pun antri nomor antriannya diserahkan pada saat setelah proses cek dokumen.

"Untuk lanjutnya dilakukanlah proses pendataan atau foto dan sidik jari."

Kemudian untuk amplop balasan sebaiknya sudah ditetapkan atau disediakan di tempat pakai jidohambaiki (vending machine), usulnya lagi.

Meskipun demikian Dewi melihat pula temannya pakai konfirmasi email dari KBRI Tokyo yang cukup cepat saat ini.

Menanggapi keluhan tersebut Arief Munandar Kepala Imigrasi KBRI Tokyo kepada Tribunnews.com meminta maaf atas kekurangan yang ada.

"Kami minta maaf kalau masih lambat. Tapi biasanya per orang dilayani 10 menit. Kalau mau cepat mungkin datang paling pagi maka bisa cepat selesai pula," ungkapnya.

Imigrasi KBRI Tokyo menurutnya juga kekurangan sumber daya manusia sehingga hanya dua staf yang dikerahkan melayani kunjungan tamu ytang datang baik WNI maupun warga Jepang.

"Sejak 26 Januari 2017 imigrasi sudah menggunakan sistim SIMKIM sebagai proses pembuatan paspor untuk masyarakat Indonesia yang berada di Jepang, terkait langsung dengan database Imigrasi kantor pusat. Olehkarena itu saat datang kita minta data sidik jari, foto dan data lainnya. Dan itu mestinya bisa berlangsung 10 menit per orang."

Meskipun demikian, tambah Arief lagi, tidak sedikit WNI yang datang membawa dokumen tidak lengkap, salah pengisian formulir dan berbagai hal sehingga berdampak proses keseluruhan jadi agak makan waktu.

"Kita akan terus perbaiki pelayanan jadi yang terbaik nantinya dan waktu pelayanan moga-moga bisa lebih cepat dan lebih baik lagi di masa depan," ungkapnya lebih lanjut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas