PLTN Rooppur di Bangladesh Memulai Seremoni Beton Pertama dari Konstruksi Unit Kedua
Bangladesh menghasilkan sekitar 59 TWh listrik secara gross pada tahun 2015 dan permintaan listrik terus meningkat sekitar 7 persen setiap tahunnya.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seremoni “Beton Pertama” menandai mulainya konstruksi utama dari unit kedua Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Rooppur di Rooppur, Ishwardi, Bangladesh.
Bagian pertama dari beton secara simbolis dituangkan pada fondasi dasar gedung reaktor unit yang akan dibangun dan menandai mulainya konstruksi dari PLTN Rooppur unit kedua.
Perdana Menteri dari Pemerintah Bangladesh, Sheikh Hasina, Wakil Perdana Menteri Rusia untuk Urusan Kompleks Industri Pertahanan, Yury Borisov dan Wakil Direktur Jenderal Pertama untuk Manajemen Operasi Rosatom State Corporation, Alexander Lokshin turut hadir di acara seremoni tersebut.
“Delapan bulan yang lalu, seremoni “Beton Pertama” konstruksi PLTN Rooppur unit pertama telah dilakukan, dan pada hari ini, kita bertemu lagi untuk memulai konstruksi utama dari PLTN Rooppur unit kedua,” kata Alexander Lokshin.
Ia menyatakan, delapan unit yang didesain oleh Rusia sedang dalam tahap konstruksi yang berbeda-beda dan terletak di seluruh Asia Tenggara, yang termasuk PLTN Rooppur unit kedua.
Baca: Pria Kanada Sulap 42 Bus Sekolah Jadi Bunker Antinuklir
Bangladesh menghasilkan sekitar 59 TWh listrik secara gross pada tahun 2015 dan permintaan listrik terus meningkat secara cepat yakni sebanyak 7 persen setiap tahunnya.
Sekitar 20 persen dari 166 juta orang di Bangladesh saat ini hidup tanpa adanya listrik, baik dari jaringan listrik atau instalasi surya lokal, dan bagi mereka yang bergantung pada jaringan listrik sering mengalami pemadaman listrik.
Dibandingkan dengan Indonesia, pada tahun 2015 Indonesia memproduksi 234TWh listrik secara lokal, bagaimanapun masih tersedia ruang untuk berkembang guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Menurut Assosiasi Nuklir Dunia, Indonesia perlu menggandakan kapasitas generator listriknya dalam kurun waktu 10 tahun kedepan, dan terus melakukan ekspansi melampaui tahun 2050, guna memperbaiki akses untuk listrik dan mencapai permintaan dari ekonomi dan populasi yang terus meningkat.
Indonesia memiliki dukungan publik yang kuat untuk energi nuklir dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) turut mendukung pengenalan mengenai PLTN yang dapat membantu negara dalam berbagai hal, antara lainuntuk membantu mencapai permintaan negara untuk daya, memurnikan air, dan menyediakan pemanasan distrik untuk proses pemanasan industrial.
Pada tahun 2027, BATAN berharap untuk melihat reaktor air-ringan besar konvensional di pulau-pulau padat seperti di Bali, Jawa dan Sumatra.
Pada lingkup edukasi dan pengetahuan industri, Indonesia merupakan salah satu negara yang diujicobakan untuk kursus pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Energi Atom Internasional.
Kursus ini bertujuan untuk menyiapkan generasi selanjutnya dari ilmuwan dan insinyur nuklir, untuk memenuhi permintaan di teknologi nuklir yang akan dihadapi oleh Indonesia dan negara-negara lainnya di masa depan.
Di Asia, peledakan ekonomi telah mendorong permintaan akan listrik bersih yang berujung banyaknya negara menggunakan teknologi nuklir. Kurang lebih ada 130 PLTN dan masih banyak yang dalam tahap konstruksi. Dalam hal pertumbuhan, Ciina memimpin diikuti oleh India dan Korea.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.