Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kritik Perdana Menteri, Anggota DPR India Pakai Kostum Ala Hitler ke Kantor

Tujunnya untuk mendesak perdana menteri, Narendra Modi, memberikan bantuan ekonomi kepada negara bagian di Andhra Pradesh.

Penulis: Ria anatasia
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kritik Perdana Menteri, Anggota DPR India Pakai Kostum Ala Hitler ke Kantor
AFP
Naramalli Sivaprasad. 

TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Seorang anggota parlemen India datang ke rapat parlemen mengenakan kostum Adolf Hitler.

Tujunnya untuk mendesak perdana menteri, Narendra Modi, memberikan bantuan ekonomi kepada negara bagian di Andhra Pradesh.

Dilaporkan The Guardian, Jumat (10/8/2018), Naramalli Sivaprasad, aktor Bollywood yang menjadi politisi di India, beberapa kali berpakaian unik untuk menghadiri rapat parlemen.

Pada rapat yang digelar Kamis (9/8/2018), anggota parlemen dari partai Telegu Desam itu memakai setelan berwarna coklat khakhi disertai lambang Nazi di lengannya. Ia juga menambahkan kumis khas Adolf Hitler.

Kostum itu digunakan untuk menyindir PM Narendra Modi agar tak mengikuti jejak sang diktator Adolf Hitler.

"Saya mulai sebagai seorang prajurit di tentara Jerman dan mendapatkan penghormatan besar, tetapi saya serakah terhadap kekuasaan sehingga timbul Perang Dunia II, yang mengakibatkan kematian[puluhan juta] orang dan saya juga bunuh diri," kata Sivaprasad sambil menirukan Hitler.

Baca: Hitler, Penyebar Meme Rizieq-Amien Rais Siap Terima Sanksi

"Saran saya kepada Modi adalah agar tidak seperti itu. Dia telah menipu Andhra Pradesh dan [menteri utama negara bagian] Chandrababu Naidu. Jika dia tidak bertobat, maka dia akan melihat kejatuhannya sendiri," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Partai Telegu Desam telah memisahkan diri dari koalisi PM Modi pada Maret lalu atas isu pendanaan untuk Andhra Pradesh.

Sebelumnya, Sivaprasad sempat tampil di parlemen dengan berpakaian seperti petani, penggembala ternak dan ulama Muslim, hingga layaknya wanita demi memprotes keputusan Modi menarik uang kertas bernilai tinggi dari peredaran.

"Keputusan itu tak proporsional dan menyakiti kaum wanita," kritiknya pada saat itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas