Sentimen Anti-Amerika di Turki Menguat: Dolar Dibakar, iPhone Dihancurkan, Starbucks Diblokir
Ketegangan hubungan Turki-Amerika Serikat berimbas pada menguatnya perasaan anti-Amerika di negara tersebut.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TURKI - Ketegangan hubungan Turki-Amerika Serikat berimbas pada menguatnya perasaan anti-Amerika di negara tersebut.
Krisis ini dipicu oleh desakan Washington agar pendeta berkewarganegaraan AS, Andrew Brunson, dibebaskan dari semua dakwaan hukum di Turki.
Brunson ditahan setelah aparat di Turki menuduhnya terlibat dalam kudeta militer yang gagal pada 2016.
Ia juga dituduh terkait kelompok teroris.
Brunson yang telah berada di Turki dalam 20 tahun terakhir ditahan pada 2016 dan sekarang berstatus tahanan rumah.
Baca: Diancam AS, Turki Justru Bertekat untuk Percepat Proses Pembelian S-400 dari Rusia
Ankara menolak permintaan Washington, yang membuat Presiden Trump menerapkan tarif baji dan aluminium.
Kekhawatiran dampak ekonomi dari tarif yang diterapkan Amerika membuat nilai tukar mata uang Turki, lira, turun tajam terhadap dolar.
Sejak awal tahun, nilai lira melemah hampir 40%, dengan perunan terbesar terjadi pada Agustus.
Banyak kalangan di Turki melihat Washington 'sengaja membuat Turki lemah'.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, dalam satu kesempatan, mengatakan, "Serangan terhadap ekonomi Turki sama dengan serangan terhadap bendera Turki dan serangan terhadap azan."
"Tujuannya sama, membuat bangsa dan rakyat Turki ambruk," kata Presiden Edrogan.
McDonalds dan Starbucks tak diberi izin
Di Istanbul, media memberitakan warga membakar atau menggunting dolar.