Wayang Beber Jawa Dapat Tanggapan Sangat Baik Para Pelajar SD di Itami Jepang
Penampilan ini berkat kerjasama pertukaran budaya antara kelompok musik Jizo pemda Tokyo dan para budayawan
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para pelajar sekolah dasar (SD) di kota Itami perfektur Shizuoka Jepang sangat terpesono dan memberikan tanggapan sangat baik atas penampilan Wayang Beber yang dilakukan dua WNI, Ganjar dan Eka di sana.
"Waduh pertama kali saya lihat ini bagus sekali lucu dan sangat menarik, senang sekali kita di sini bisa menikmati wayang beber dari Indonesia," ungkap Honda seorang pelajar kelas enam SD kepada Tribunnews.com kemarin (11/9/2018).
Wayang beber yang dimainkan bersama lagu (digitarkan) dan diceritakan sambil menggulung wayang beber yang bergambar tersbeut serta bercerita, tampaknya memang mendapat sambutan sangat positif dan antusias sekali kemarin dari para warga Jepang khususnya para pelajar SD.
Penampilan ini berkat kerjasama pertukaran budaya antara kelompok musik Jizo pemda Tokyo dan para budayawan Indonesia tersebut.
Tentu saja juga dibantu dan terealisasi juga berkat Akino Furuhara yang berdomisili di Atami sebagai anggota kelompok musik tersebut pula.
Tema yang diangkat adalah masalah kesulitan air di cerita tersebut dan para pelajar asyik mendengar cerita bersama alunan musik yang mengiringi cerita itu.
Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.
Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang.
Salah satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul.
Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.