Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Pelaksana Hukuman Mati Penjara Jepang November Rencana ke Indonesia

Sakamoto yang kini telah pensiun, di masa lalu menyaksikan dan melaksanakan hukuman mati

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Mantan Pelaksana Hukuman Mati Penjara Jepang November Rencana ke Indonesia
Richard Susilo
Toshio Sakamoto (71) mantan Direktur penjara Hiroshima Jepang dan pelaksana hukuman mati yang diputuskan Menteri Kehakiman Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Toshio Sakamoto (71) mantan Direktur penjara Hiroshima Jepang dan pelaksana hukuman mati yang diputuskan Menteri Kehakiman Jepangdi masa lalu ingin sekali ke Indonesia dan rencana mungkin ke Jakarta.

"Saya belum pernah ke Indonesia tetapi saya pelajari banyak penjara di Indonesia dari berbagai buku. Kalau ke Jakarta saya mau berkunjung ke penjara Cipinang apabila memungkinkan," papar Sakamoto khusus kepada Tribunnews.com sore ini (14/9/2018).

Sakamoto yang kini telah pensiun, di masa lalu menyaksikan dan melaksanakan hukuman mati sesuai keputusan Menteri Kehakiman serta Mahkamah Agung Jepang.

Menurutnya, penjara di Cipinang di masa lalu saat perang dunia kedua ternyata banyak sekali penjaga penjaranya sampai 55 orang. Lalu penjara di Sumatera sebanyak 20 orang per penjara.

"Banyak sekali petugas penjara di jaman perang dunia kedua ya di Indonesia padahal di Filipina dan Malaysia hanya stau orang petugasnya dari data yang ada," tekannya lagi.

Apabila banyak petugas diyakininya sebuah penjara yang sangat besar dan menarik bekas penjara Belanda di masa lalu yang kini bernama Penjara Cipinang.

Berita Rekomendasi

"Itulah sebabnya saya mau mengunjunginya seperti apa penjara tersebut, sekaligus juga tukar pikiran dengan para petugas penjara di Indonesia mengenai berbagai hal termasuk hukuman mati yang tampaknya juga masih berlaku di Indonesia, bukan hanya bagi pelaku pembunuhan tetapi juga bagi pelaku narkoba besar dihukum mati. Menarik ini untuk diskusi bersama," tekannya lagi.

Di dalam penjara di Jepang tidak masuk akal apabila ada perputaran uang narkoba atau penjualan narkoba di dalam penjara.

"Apalagi sampai ada transansi seks, narkoba, korupsi penjara penjara terima uang dari narapidana, itu tidak masuk akal tidak mungkin terjadi di dalam penjara."

Meskipun demikian pertengkaran dan keributan dalam penjara, berkelahi antar narapidana memang ada. Demikian pula misalnya terkait mafia Jepang (yakuza), petugas penjara menerima uang dari yakuza di luar penjara memang pernah ada kasus tersebut, mengakuinya.

"Tetapi di dalam penjara petugas penjara terima uang dari narapidana, itu tidak masuk akal. Pembatasan bagi tamu kepada narapidana sangat kuat, tebal dan tegas, bahkan disaksikan ditunggui oleh petugas penjara saat kunjungan keluarga. Jadi tak mungkin terjadi  narapidana menerima langsung dari keluarganya saat berkunjung.

Semua narapidana diperlakukan sama di dalam penjara Jepang dan juga dirawat dengan baik mulai pakaian, kesehatan, kesejahteraan, makanan termasuk kerja di dalam penjara sehingga narapidana bisa merasa tetap bisa  berkarya meskipun di dalam penjara.

"Tentu semua diawasi dengan sangat ketat termasuk ada kamera CCTV dan sebagainya. Hukumannya sangat berat sekali bagi petugas penjara yang menyeleweng atau melanggar aturan yang ada."

Dengan demikian Sakamoto disamping keinginan belajarnya yang sangat tinggi mengenai penjara Indonesia, tampaknya tukar pendapat dan memberikan ilmunya kepada para petugas penjara Indonesia juga cukup besar antusiasnya.

"Kalau perlu saya memberikan ilmu mengenai penjagaan di dalam penjara dan sebagainya agar bisa membandimgkan kerja dengan penjara Jepang bagi para petugas penjara di Indonesia," tambahnya lagi.

Rencana November mungkin hanya dua malam saja berada di Jakarta guna melihat kota terbesar di Indonesia yang diakuinya selama ini di impikan juga karena melihat perkembangan Indonesia sangat baik dewasa ini, namun bagaimana situasi kondisi penjaranya, sama sekali tidak ada bayangan dalam dirinya, demikian mengakuinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas