Kisah Hidup Para Model yang Kelihatan Glamor Tapi Ternyata 'Miskin' dan Banyak Utang
Jika melihat para model melenggak lenggok di atas catwalk, banyak orang memimpikan kehidupan seperti mereka.
Editor: Hasanudin Aco
"Saat casting dimulai, saya jatuh sakit sehingga tak mengikuti sebagian besar prosesnya. Jadi akhirnya saya pulang dengan utang 8.000 dolar AS," paparnya
Meski demikian, Clara bersikukuh kondisi yang dialaminya tidaklah terlalu buruk.
"Saya masih berutang pada agensi di New York dan Paris meski saya sudah bekerja utuk mereka," kata dia. Clara lalu mencontohkan saat dia tampil di sebuah acara besar di Paris, dia akan mendapatkan upah 1.100 euro atau sekitar Rp 19 juta.
"Namun, karena berutang maka upah saya dipotong sehingga saya hanya membawa pulang 400 euro (Rp 7 juta)," ujarnya.
Meski mengalami kesulitan, Clara berkeras nasibnya masih jauh lebih baik ketimbang model baru berusia 16 tahun, tak bisa berbahasa Inggris, dan berasal dari keluarga miskin.
Apa yang dialami Clara ini juga menimpa dua model asal AS yang amat berpengalaman. Mereka mengatakan telah menjadi budak utang dan para agen memangkas penghasilan mereka dengan amat besar.
Namun, kedua model itu mengatakan para model asal Eropa Timur dan Brasil yang kini mendominasi profesi ini adalah yang paling rentan dieksploitasi.
Seorang model asal AS berusia 24 tahun yang sudah tampil memamerkan karya adibusana mengatakan, jeratan utang itu telah mengubah kehidupan pribadinya. Dia mengatakan, terpaksa memutuskan hanya mau berkencan dengan para pria yang cukup kaya untuk mendukung gaya hidupnya.
Sementara itu, Ekaterina Ozhiganova (26) berharap organisasi Model Law yang dibentuknya bisa membantu para model yang takut membicarakan keburukan industri ini.
"Sebab industri ini menganggap mereka yang banyak bertanya sebagai model yang susah diajak kerja sama," ujar Ekaterina.
"Banyak orang membayangkan para model menghasilkan banyak uang, tetapi hal itu tidak benar. Hanya dua persen model yang benar-benar mendapatkan penghasilan besar. Sementara model pria nasibnya lebih buruk," tambah dia.
Dia melanjutkan, bekerja tanpa bayaran adalah kutukan bagi kehidupan para model meski telah bekerja berjam-jam. "Oke, pekerjaan ini memang prestisius tetapi bagaimana kami harus membiayai hidup?" tanya Ekaterina.
Untuk memperjuangkan nasib para model ini, Model Law sudah menjalin pembicaraan dengan Synam, sebuah lembaga yang mewakili agen-agen model Perancis.
Pemimpin Synam Isabelle Saint-Felix mengaku, Model Law memiliki "tuntutan yang bisa dibenarkan" termasuk regulasi tentang tenaga kerja yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.