Menghina dengan Sebutan 'Republik Pisang', Arab Saudi Tuntut Kanada Minta Maaf
Arab Saudi tidak terima dengan ejekan Pemerintah Kanada yang menyebut Kerajaan Arab sebagai 'Republik Pisang'.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Memanasnya hubungan Arab Saudi dan Kanada, merupakan dampak dari cuitan Kementerian Luar Negeri Kanada yang menuliskan pernyataannya dalam akun Tiwtter resminya.
Baca: Pantauan Drone Mata-mata Persija Sebelum Haringga Tewas Dikeroyok Sejak Pukul 10.00 GBLA Sudah Kacau
Lembaga tersebut mengaku 'sangat prihatin' terhadap penahanan Aktivis di Arab Saudi, termsuk Samar Badawi.
Perlu diketahui, Samar adalah saudara perempuan dari Raif Badawi, seorang Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) ternama yang dijatuhi vonis 10 tahun penjara pada 2014 lalu atau tuduhan menghina Islam.
Istri dan anak-anak Raif merupakan warga negara Kanada yang telah dinaturalisasi.
Freeland mengatakan pada Selasa lalu bahwa Kanada tidak akan mengubah posisinya.
Baca: Aktivis Soe Hok Gie tentang Sahabanya, Prabowo: Dia Cepat dan Cerdas Menangkap Persoalan Tapi Naif
"Kanada akan selalu membela HAM, kami merasakan kewajiban tertentu untuk membela perempuan yang berjuang untuk hak-hak mereka di seluruh dunia," tegas Freeland.
"Dan kami memiliki kewajiban tertentu juga terhadap orang-orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Kanada,".
Sebelumnya, sejumlah Aktivis hak perempuan yang berkampanye untuk hak bisa mengendarai kendaraan dan mengakhiri sistem perwalian laki-laki di Arab Saudi, menjadi sasaran pemerintahan negara itu, mereka ditangkap.
Terkait perselisihan dengab Arab Saudi, tidak hanya Kanada yang mengalaminya, Jerman pun sebelumnya memiliki permasalahan yang sama.
Namun pada awal pekan ini, Jerman dan Arab Saudi sepakat untuk mengakhiri perselisihan diplomatik mereka, setelah sebelumnya perselisihan dimulai pada November lalu.
Perselisihan antara Jerman dan Arab Saudi dimulai lantaran adanya pernyataan dari Menteri Luar Negeri Jerman saat itu, Sigmar Gabriel yang mengutuk 'adventurisme' di Timur Tengah.
Pernyataan Sigmar itu ditanggapi serius oleh Arab Saudi sebagai sebuah serangan terhadap kebijakan negara itu yang dianggap semakin keras, terutama terkait kampanye udara di Yaman.