Sektor Maritim Jadi Bahasan Uni Eropa untuk Jalin Kerja Sama Pertahanan dengan Indonesia
Indonesia dianggap sebagai mitra yang letak negaranya cukup jauh, namun memiliki permasalahan terkait keamanan dan pertahanan yang relatif sama.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketertarikan Uni Eropa untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam bidang keamanan dan pertahanan ternyata sangat serius.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Guérend memaparkan keseriusan tersebut dalam diskusi publik bertajuk 'Advancing EU-Indonesia Secure and Defence Partnership'.
Sekretaris Jenderal Luar Negeri Uni Eropa Christian Leffler, kata Guérend, sempat menyampaikan pernyataan terkait pentingnya Indonesia bagi Uni Eropa.
Indonesia, dianggap sebagai mitra yang letak negaranya cukup jauh, namun memiliki situasi dan permasalahan terkait keamanan dan pertahanan yang relatif sama.
"Satu bulan yang lalu, Tuan Christian Leffler, Wakil Sekretaris Jenderal Luar Negeri Uni Eropa berada di ruangan ini di CSIS, untuk terlibat dalam tema 'Konektivitas antara Eropa dan Asia: Jarak yang Jauh tetapi Hubungannya Dekat'," ujar Guérend, di Auditorium CSIS, Pakarti Centre Building, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018).
Guérend kemudian menyebut permasalahan keamanan menjadi fokus banyak pihak, termasuk Uni Eropa dan Indonesia yang terhubung melalui dialog yang dibangun dalam seminar selama beberapa hari itu.
"Tema yang membuat kita semua berkumpul kali ini adalah keamanan, itu merupakan ilustrasi sempurna dari konektivitas kita," jelas Guérend.
Selama ini, kata dia, Uni Eropa dan Indonesia secara luas telah berbagi tantangan keamanan dan ancaman yang sama, dengan jarak dan perbatasan yang hanya memberikan 'ilusi' terhadap perlindungan negara.
Ia pun menyebut keamanan pada bidang kemaritiman sebagai contoh yang harus menjadi perhatian.
Menurutnya, bidang maritim mengambil nyaris seratus persen transaksi perdagangan internasional.
"Ambil (contoh) keamanan maritim, sembilan puluh persen perdagangan internasional dilakukan melalui maritim," papar Guérend.
Perlintasan dalam perdagangan melalui kemaritiman didominasi kawasan Asia.
Sedangkan pemilik kapal di Uni Eropa menguasai nyaris 50 persen nilai perdagangan melalui jalur laut.
"Dan dua per tiga perdagangan maritim dunia melewati wilayah Asia, sementara 42 persen dari nilai perdagangan di laut dikelola oleh pemilik kapal Uni Eropa," tegas Guérend.
Bahkan Uni Eropa juga memegang peranan utama sebagai penyedia maupun penerima Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing secara langsung di negara-negara ASEAN.
"3 dari 5 jalur pengiriman kontainer terbesar adalah Eropa, Maersk, MSC, CMA-CMG, Uni Eropa merupakan aktor perdagangan pertama di dunia sekaligus penyedia pertama dan penerima FDI, Uni Eropa adalah penyedia FDI pertama di ASEAN," kata Guérend.
Oleh karena itu, poin-poin tersebut yang membuat Uni Eropa merasa Indonesia layak diajak kerja sama dalam bidang keamanan dan pertahanan untuk meningkatkan pengamanan yang tidak hanya berfokus pada tata pemerintahan, namun juga sektor perdagangan.