Korsel Kesal Pesawat Militer China Kedapatan Bolak-balik Masuk Wilayahnya
Korea Selatan ( Korsel) mengungkapkan keresahannya setelah pesawat militer China berulang kali masuk ke wilayah udaranya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korea Selatan ( Korsel) mengungkapkan keresahannya setelah pesawat militer China berulang kali masuk ke wilayah udaranya.
Otoritas Korsel menyatakan, pesawat China diduga Shaanxi Y-9 dan pesawat pengintai melintasi zona udara Korsel tanpa izin pada Senin pekan lalu (26/11/2018).
Dilaporkan SCMP Rabu (5/12/2018), pesawat itu memasuki Karang Socotra di Laut Jepang pukul 11.00 waktu setempat dan zona indetifikasi pertahanan Jepang 40 menit kemudian.
Pesawat itu kembali masuk wilayah udara Korsel dekat Pohang pukul 12.43 dan berbelok Zona Ekonomi Eksklusif yang memisahkan daratan utama dengan Pulau Ulleung.
SCMP memberitakan, pesawat yang akhirnya meninggalkan wilayah Korsel pukul 15.53 itu mengambil rute yang tidak lazim. Sebab, zona pertahanan udara adalah wilayah yang tak dilindungi hukum internasional.
Baca: Disinggung Tak Dapat Jabatan dari Jokowi, Ferdinand Hutahaean Geram & Tunjuk-tunjuk Kapitra Ampera
Jadi, sebuah pesawat harus memberi tahu negara bersangkutan sebelum masuk.
Seoul memutuskan memanggil atase militer China di sana, Du Nongyo, ke kementerian pertahanan guna menyampaikan kekhawatiran mereka.
Angkatan Udara Korsel menyatakan, jumlah pesawat yang melintasi wilayah pertahanan udara mereka mengalami peningkatkan dari tahun ke tahun.
Pada 2016, jumlah pesawat China yang dilaporkan masuk 60 unit. Kemudian menjadi 70 pada 2017, dan meningkat hingga 110 berdasarkan data September 2018.
"Militer benar-benar memberikan perhatian penuh atas insiden ini," kata seorang perwira menengah Korsel yang tak disebutkan namanya itu.
Respon atas aktivitas AS
Analis menyatakan, keberadaan pesawat pengintai Beijing itu merupakan bentuk respon mereka atas meningkatnya aktivitas Amerika Serikat ( AS) di sana.
Mengirim pesawat militer ke seluruh kawasan menjadi sinyal bahwa China mengawasi dan bisa bertindak untuk melindungi kepentingan mereka di kawasan.
Profesor tamu di Universitas Nasional Pusan Ryo Hinata-Yamaguchi berkata, perilaku China adalah bagian dari strategi mereka mengembangkan pengaruh di Indo-Pasifik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.