Kisah Rizky Ashar Murdiono, Arek Suroboyo yang Kiprahnya Mencuri Perhatian Majalah TIME
Nama Rizky Ashar Murdiono, arek Suroboyo, muncul di situs majalah TIME. Dia menjadi satu dari 8 anak muda dunia yang kiprahnya mencuri perhatian.
Penulis: Aji Bramastra
TRIBUNNEWS.COM - Ada yang mengejutkan dalam sebuah artikel dirilis oleh situs majalah Time, 16 Januari 2019.
Dalam artikel berjudul Eight Young Leaders on How They Want to Shape the Decade Ahead (8 Pemimpin Muda dan Cara Mereka Membangun Masa Depan) itu, menulis tentang para anak muda dari berbagai negara, dan kiprah mereka.
Nah, satu dari 8 anak muda itu, ternyata ada yang dari Indonesia.
Dialah Rizky Ashar Murdiono.
Lalu, apa yang membuat majalah populer di dunia itu tertarik menulis soal kisah Rizky dalam daftar tersebut?
Rizky (26) merupakan arek Suroboyo yang dikisahkan tumbuh di kehidupan rural nan keras.
Dilansir Time, semenjak kecil, Rizky sudah harus mencari uang dengan bekerja apa saja, demi bisa membayar uang sekolahnya.
Di kampungnya, tak banyak anak yang bisa lulus SMA seperti Rizky.
Selepas SMA, Rizky melanjutkan kuliahnya di Universitas Brawijaya, Kota Malang.
Di perguruan tinggi, Ia semakin aktif terlibat dalam berbagai organisasi.
Rizky kemudian mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang kampus inklusif.
Bekerjasama dengan Amnesty International, organisasi bentukan Rizky juga aktif dalam mengkampanyekan pengetahuan bahaya seks bebas.
Ia belajar sendiri bahasa Inggris dan menguasai bahasa isyarat untuk membimbing para pelajar yang memiliki kesulitan pendengaran.
Belakangan, Rizky fokus pada gerakan pemberdayaan pemuda dari latar belakang yang sama dengannya.
"Hidup tenteram dan nyaman menjadi mustahil, bila orang-orang tak punya kesempatan (memperbaiki hidup)," ujar Rizky.
Rizky baru saja mulai bekerja sebagai seorang aktivis dalam organisasi bentukan PBB.
Dia juga memulai sebuah proyek bersama 2030 Youth Force Indonesia, sebuah jaringan yang dia dirikan pada tahun 2016.
Sebuah gerakan berjuluk Generasi Baik, diharapkan bisa menggerakkan anak-anak muda dari daerah pinggiran kota, untuk menggerakkan kegiatan perekonomian penduduk kampung.
"Damai tidak selalu berhubungan dengan konflik, tapi juga soal kondisi keuangan dan kesempatan untuk hidup makmur," kata Rizky.
"Saya ingin membantu agar remaja lain tahu, tak peduli apa latar belakang ekonomi mereka, mereka selalu punya kesempatan," ujarnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.