Inilah 'Manusia Pohon' Asal India, Sudah Tanam 5 Juta Pohon Sepanjang Hidupnya
Vishweshwar Dutt Saklani menghembuskan nafas terakhir pada 18 Januari 2019. Ia akan hidup dalam ingatan bangsanya sebagai “Manusia Pohon Uttarakhan”.
Editor: Arif Setyabudi Santoso
(TribunTravel.com/Ambar Purwaningrum)
TRIBUNNEWS.COM - Vishweshwar Dutt Saklani menghembuskan nafas terakhir pada 18 Januari 2019, tetapi ia akan hidup dalam ingatan bangsanya sebagai “Manusia Pohon Uttarakhan”, seorang ahli konservasi yang menanam lebih dari 50 lakh (5 juta) pohon dan mengubah tanah tandus menjadi hutan yang subur.
Dilansir TribunTravel.com dari laman odditycentral.com, Saklani sangat menyukai pohon sepanjang hidupnya.
Dia menanam pohon muda pertamanya ketika dia berusia delapan tahun di bawah bimbingan pamannya, dan terus melakukannya selama tujuh dekade berikutnya dalam hidupnya, sampai dia kehilangan penglihatannya dan menyerah pada kesulitan di usia tua.
Namun, pada saat itu, bukit-bukit yang dulu tandus di sekitar desa asalnya Pujargaon telah menjadi rumah bagi hutan yang rimbun.
Kecintaan Vishweshwar Dutt Saklani terhadap pohon sangat dikenal, karena ia sering menyebut mereka anak-anak atau sahabat terdekatnya, tetapi hanya sedikit yang tahu bahwa konservasionis legendaris menanam jutaan pohon untuk mengatasi tragedi dalam hidupnya.
Kerabat Vishweshwar ingat bahwa ketika saudaranya, Nagendra Dutt Saklani, seorang pemimpin veteran Komunis, meninggal, Manusia Pohon mulai menghilang ke hutan setiap pagi dan menghabiskan sepanjang hari menanam pohon.
Kemudian, pada 1958, istri pertamanya meninggal dan dia sekali lagi mulai menghabiskan lebih banyak waktu sendirian, menanam pohon untuk mengatasi rasa sakit di hatinya.
Itu seperti dia mengabdikan hidupnya untuk menanam hutan sebagai penghormatan kepada almarhum saudara laki-laki dan istrinya.
“Manusia Pohon Uttarakhan” menanam sekitar 5 juta pohon tanaman, termasuk rhododendron, buran, semal, bhimal, pohon jambu biji, dan favoritnya sepanjang masa, Himalayan Oak.
Pada awalnya, penduduk desa menentangnya dan bahkan memukulinya, karena ia melanggar batas tanah bersama.