Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Antisipasi UU Anti Yakuza, Organisasi Kejahatan Jepang Mulai Banyak Sewa Hitman, si Penembak Jitu

Organisasi kejahatan Jepang atau Yakuza, mulai banyak menggunakan jasa Hitman atau pembunuh bayaran yang jitu dan nekat.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Antisipasi UU Anti Yakuza, Organisasi Kejahatan Jepang Mulai Banyak Sewa Hitman, si Penembak Jitu
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Garyo Okita (42), mantan bos Yakuza dari Ohiragumi, dengan bukunya Sekarat atau Shinitai yang terbit 5 Agustus 2018. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS. COM, TOKYO - Organisasi kejahatan Jepang atau Yakuza, mulai banyak menggunakan jasa Hitman atau pembunuh bayaran yang jitu dan nekat sebagai upaya mengantisipasi UU Anti Yakuza.

"Dengan adanya UU Anti Yakuza, siapa pun yang ada di bawah bos Yakuza, maka bos itu sendiri yang akan ditangkap polisi. Jadi dipakailah orang luar yang dibayar untuk membunuh seseorang," ungkap Garyo Okita (42), mantan bos Yakuza dari Ohiragumi, nijidantai (level kedua) Yamaguchigumi kepada Tribunnews.com, Jumat (23/2/2019).

Menurut Garyo Okita, zaman sekarang, kehidupan bawah tanah Jepang mulai kesulitan dan berbagai kalangan mulai nekat untuk mencari uang untik membiayai kehidupannya.

"Kalau mereka dapat uang banyak, mereka mau melakukan apa saja termasuk membunuh. Setelah itu mungkin bersembunyi dulu, atau lari ke luar Jepang seperti ke Filipina," kata dia.

Jika situasi sudah aman setelah beberapa tahun, kemungkinan mereka kembali lagi, ke luar lagi, itu pun kalau identitasnya belum teridentifikasi pihak kepolisian.

"Kalau teridentifikasi pihak kepolisian dan masuk database kepolisian, jika ke luar atau masuk ke Jepang pasti langsung ditangkap kembali dengan mudah," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Okita yang hampir menyelesaikan buku barunya berjudul "Sinar dan Bayangan Yamaguchigumi" merasakan kalangan yakuza saat ini mulai kesulitan.

"Oleh karena itu kalangan yakuza banyak mengelola anak muda berandalan yang biasa disebut Hangure, bukan anggota yakuza, untuk menjadi kepanjangan kalangan yakuza mencari uang. Penghasilan mereka dibagi ke Yakuza sebagai uang setoran atau semacam mikajimeryo," ungkapnya.

Jika kalangan Hangure melakukan kejahatan, bos yakuza tak bisa ditangkap karena kelompok anak muda berandalan tersebut bukanlah orang Yakuza, tidak masuk ke dalam organisasi yakuza.

Sedangkan orang yakuza yang dapat duit hanya menganggap sebagai pemberian biasa atau hadiah dari kelompok anak muda berandalan tersebut.

"Kecuali anak muda yang tertangkap itu mau bersaksi kalau dia diperas dan disuruh yakuza tersebut, tinggal pembuktian di pengadilan betul atau tidak kesaksian anak Hangure tersebut," kata dia.


"Dampaknya tentu yang berani bersaksi demikian ya bisa saja dibunuh karena dianggap penghianat," tambahnya.

Maka biasanya anggota Hangure pun diam saja menyimpan rahasia kerja sama tersebut.

Info lengkap mengenai yakuza dapat dibaca gratis di www.yakuza.in

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas