Dari Balik Tahanan Guantanamo, Hambali Ingin Dikunjungi Pemerintah Indonesia
Hambali ternyata juga memiliki keinginan untuk dikunjungi oleh pemerintah Indonesia dan mendapat pembelaan.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hambali, Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan terdakwa teroris dibalik pemboman Bali tahun 2002 dan Hotel Marriot Jakarta tahun 2003 saat ini tengah menjadi tahanan di Guantanamo, Kuba.
Mendekam di Guantanamo sejak tahun 2006, Hambali ternyata juga memiliki keinginan untuk dikunjungi oleh pemerintah Indonesia dan mendapat pembelaan.
Keinginan tersebut disampaikan oleh Mayor James Valentine yang merupakan pengacara Hambali yang merupakan utusan departemen pertahanan Amerika Serikat.
“Hambali pernah sampaikan keinginan itu. Saya juga sudah sampaikan itu ke staf kedutaan besar Indonesia di Amerika Serikat,” kata James saat menggelar konferensi pers di Law Office Mahendradatta, di Jakarta Selatan, Sabtu (16/3/2019).
Baca: Reza Hambali, Pengungsi Afghanistan Yang Membantu Sesamanya
James pun menjelaskan kalau tidak ada larangan bagi pemerintah Indonesia untuk mengunjungi Hambali, tapi pemerintah masih belum memanfaatkan kesempatan kunjungan tersebut.
“Jadi mestinya tetap meskipun ada di penjara pemerintah diberikan mengunjungi sebagai hak untuk dibela. Tapi gak ada satupun pemerintah yang datang padahal sudah dikasih kesempatan,” ungkap James.
Kuasa hukum Hambali itu pun membandingkan dengan dua warga negara Malaysia yang memiliki kasus yang sama dengan Hambalin tetapi mendapatkan perhatian dari pemerintahanya.
“Ada dua Malaysia yang juga ditahan di tempt yang sama dengan Hambali, pemerintahanya datang sampai ke tahanan. Kalau Hambali belum,” papar James.
Adapun saat ini James menyebutkan Hambali dalam kondisi baik terlihat dari foto yang ditunjukan James kepada awak media.
Pada foto tersebut, Hambali yang berjenggot putih menggunakan baju koko berwarna abu-abu dan peci putih memiliki tubuh yang sedikit berbobot.
Saat ini Hambali ditahan dengan 13 tahanan lainnya di penjara khusus di Guantanamo, dengan penjagaan super sehingga orang umum tidak bisa bebas masuk.
“Ini adalah rumah tahanan khusus, sangat susah kita akses,” pungkas James.