Diisolasi hingga Terancam Serangan Napi Lain, Teroris Penembak Masjid Akan Jalani Hidup Menyedihkan
Teroris penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, bakal menjalani hidup yang getir di penjara jika terbukti bersalah.
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Teroris penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, bakal menjalani hidup yang getir di penjara jika terbukti bersalah.
Pernyataan itu disampaikan Paul Wood, konsultan di Auckland yang pernah menghabiskan 10 tahun lebih sebagai narapidana di penjara North Island itu.
Brenton Tarrant diyakini dipindahkan ke LP Auckland di Paremoremo, bisa ditempuh sekitar 25 menit berkendara dari pusat kota Auckland.
Pemindahan teroris berusia 28 tahun itu diduga karena ada peluang dia bakal diserang oleh napi lainnya selama menunggu jadwal sidangnya pada 5 April mendatang.
Baca: Pengakuan Saksi Lihat Pria Mirip Brenton Tarrant Seminggu Sebelum Penembakan, Lakukan Penyamaran
Baca: Serangan masjid di Selandia Baru, Jacinda Ardern: Pelaku belajar ideologinya di tempat lain
"Saya ingin publik Selandia Baru mengetahui pria itu tidak akan menjalani hidup yang mudah selama dalam penjara," kata Wood dikutip NZ Herald Rabu (20/3/2019).
Dia menjelaskan, jika terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dia bakal menjalani isolasi penuh yang membuatnya bakal terpinggirkan.
"Kemudian jika dia dibaurkan dengan napi lainnya, dia bisa stres karena setiap harus menghadapi ancaman serangan," terang Wood.
Pria yang dipenjara karena membunuh penjual narkoba itu menekankan, dia tidak mendukung upaya kekerasan terhadap Tarrant, melainkan menceritakan pengalamannya.
Baca: Teroris Penembakan Dua Masjid di Selandia Baru Ditangkap Saat Menuju Lokasi ke Tiga
Baca: Demi Lancarnya Ibadah Salat Jumat, Geng Mongrel Mob Bakal Berjaga di Masjid-masjid Selandia Baru
Herald sempat menanyai Departemen Pembetulan di mana tepatnya Tarrant ditahan, level penahanannya, dan bagaimana dia diperlakukan di masa mendatang.
Juru bicara menanggapi dengan mengatakan saat ini dia dipisahkan dari napi lainnya tanpa diizinkan menerima kunjungan atau mendapat akses berita.
Wood memprediksi nantinya Tarrant bakal berada dalam selnya 23 jam setiap hari, dan bakal diawasi sehingga dia tak bisa menyakiti dirinya sendiri.
Setiap penjaga nantinya bakal menerima instruksi keras untuk tidak terlibat percakapan dengan teroris yang berasal dari Grafton, Australia itu.
Pada momen tersebut, Wood memaparkan Tarrant bakal menjalani hidup yang membosankan, "menyedihkan", dan mengalami kesendirian.
Baca: Pemakaman korban penembakan masjid: Saya seharusnya berbaring di sampingmu
Baca: Kesaksian Dosen asal Indonesia yang Selamat dari Penembakan Brutal di Masjid Selandia Baru
Sebab jika sampai berbaur dengan napi lainnya, ada peluang dia bakal mendapat perlakuan mulai pintunya dilumuri air kencing hingga dibunuh.
"Saya yakin pastinya terdapat orang-orang di dalam penjara yang jelas berusaha membuat hidup pria itu sangat menyedihkan," terang Wood.
Dia menuturkan Tarrant bisa mendapat berbagai perlakuan mulai dari penyiksaan, atau ancaman makanannya bakal diracuni oleh napi yang bertugas di dapur.
Apalagi, status Tarrant sebagai teroris karena menyerang Masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch dan menewaskan 50 jemaah bakal menyulitkan polisi.
Dengan ideologi supremasi kulit putihnya, Tarrant sudah ditandai.
Begitu pengakuan seorang anggota geng motor kepada The Herald.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Bakal Jalani Hidup ""Menyedihkan" di Penjara"