Bangun Tembok Pemisah Pakai Keju, Bentuk Protes Seniman AS Kepada Trump
Seorang seniman yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) bernama Cosimo Cavallaro memutuskan untuk membangun sebuah tembok dari keju.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - Seorang seniman yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) bernama Cosimo Cavallaro memutuskan untuk membangun sebuah tembok yang terbuat dari keju cotija.
Hal itu ia lakukan sebagai bentuk protes terhadap pembangunan tembok pemisah yang diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.
Ia pun menjelaskan idenya, tembok kejunya itu seharusnya bisa menjadi simbol betapa tidak masuk akal dan tidak bergunanya tembok perbatasan Trump.
"Menghabiskan semua uang ini untuk terus berupaya memecah belah negara, saya pikir itu sia-sia saja," kata Cavallaro.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG DKI Jakarta Sabtu 30 Maret 2019, Seluruh Wilayah Cerah Berawan Sepanjang Hari
"Anda memang melihat sampah di tembok yang saya bangun ini, tapi apa anda tidak bisa melihat sampah yang ada di tembok senilai USD 10 miliar punya Trump itu?,".
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (29/3/2019), Cavallaro tengah membangun tembok keju di bagian Tenggara San Diego County, yang berjarak hanya beberapa meter dari 'tembok perbatasan logam' Trump yang digunakan sebagai pemisah antara AS-Meksiko.
Namun, Cavallaro saat ini hanya memiliki dana yang cukup untuk membeli 200 blok keju saja.
Sementara itu, 200 blok keju itu hanya akan menghasilkan tembok yang memiliki panjang kurang dari delapan meter atau sekitar 25 kaki.
Seniman tersebut pun akhirnya meminta donasi untuk bisa membangun tembok keju sepanjang 1.000 kaki.
Menurut situs web proyek tersebut, balok yang digunakan untuk membuat tembok itu terbuat dari keju keras dan masing-masing seharga USD 100.
Seniman itu kemudian menambahkan bahwa dirinya membangun tembok tersebut menggunakan bahan-bahan yang mudah rusak seperti makanan untuk menggarisbawahi 'sifat manusia yang cepat dan dekaden'.
"Orang nantinya hanya bisa membayangkan bau yang akan dihasilkan saat 'tembok' itu mulai rusak di dekat perbatasan Selatan AS,".
Cavallaro juga menegaskan bahwa tembok perbatasan merupakan 'limbah'.