Sesuai Exit Poll, Pelawak Ini Menang di Pilpres Ukraina, Lawannya Mengaku Kalah
Pelawak Ukraina, Volodymyr Zelensky, memenangi pemilihan presiden negara tersebut dengan memperoleh lebih dari 70% suara.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Pelawak Ukraina, Volodymyr Zelensky, memenangi pemilihan presiden negara tersebut dengan memperoleh lebih dari 70% suara, sebagaimana diindikasikan oleh exit polls.
Hasil itu ditanggapi Zelensky dengan pidato di hadapan pendukungnya pada Minggu (21/04).
"Saya tidak akan pernah mengecewakan Anda," serunya.
"Saya belum resmi menjadi presiden. Tapi sebagai warga Ukraina, saya bisa bilang kepada semua negara bekas Uni Soviet: Lihat kami. Segala sesuatunya itu mungkin!"
Jika perhitungan jajak pendapat jitu, Zelensky bakal menjabat sebagai presiden lima tahun ke depan sekaligus menggusur petahana, Petro Poroshenko.
Hasil perhitungan resmi diperkirakan bakal muncul dalam beberapa jam mendatang.
Baca: Inilah Perbedaan Metode “Quick Count” dan “Exit Poll”
Poroshenko yang telah berkuasa sejak 2014 ditengarai hanya mendapat 25% suara. Karena itu, dirinya mengaku kalah.
"Hasil pemilu menyisakan ketidakpastian (dan) ketidakjelasan. Saya akan meninggalkan jabatan, tapi saya hendak menegaskan—saya tidak akan berhenti dari dunia politik."
Poroshenko terpilih setelah rakyat menginginkan dilengserkannya pemerintah pro-Rusia.
Pada Maret 2014, pasukan Rusia mencaplok Semenanjung Krimea yang sebelumnya merupakan wilayah Ukraina—langkah yang dikecam dunia internasional. Sejak saat itu pasukan Ukraina melawan kelompok separatis dan relawan yang disokong Rusia di bagian timur.
Dalam cuitannya, Poroshenko menulis "seorang presiden Ukraina yang tak punya pengalaman…dapat dengan cepat mengembalikan lingkaran pengaruh Rusia".
Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan warga Ukraina telah mengungkapkan niat mereka untuk perubahan politik.
"Kepemimpinan yang baru harus paham dan menyadari harapan para pemilihnya. Ini tentu berlaku untuk urusan domestik begitu pula urusan luar negeri," sebut Wakil Menlu Rusia, Grigory Karasin, kepada kantor berita Ria Novosti.