Bocah 7 Tahun Dipukul Ibu Tiri Pakai Besi gara-gara Makan Terlalu Lama
Seorang bocah berusia 7 tahun dipukul oleh ibu tirinya menggunakan batang besi hingga tewas karena ia makan terlalu lama.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Pravitri Retno W
Seorang bocah berusia 7 tahun dipukul oleh ibu tirinya menggunakan batang besi hingga tewas karena ia makan terlalu lama.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang ibu tiri tega memukuli anaknya yang berusia 7 tahun menggunakan batang besi.
Selama satu jam, anak perempuan itu dipukuli ibu tirinya hingga tewas.
Kekerasan tersebut dilakukan sebagai hukuman atas sang anak yang makan terlalu lama.
Dilansir China Press, peristiwa itu terjadi di Provinsi Shandong, Tiongkok.
Baca: Viral TKI Korsel Ditipu Wanita yang Ternyata Nenek-nenek, Kedok Terbongkar Perias, Hampir Nikah
Baca: VIRAL Video Pria Pukuli Anjing Pakai Tongkat hingga Mati, Sebelumnya Ia juga Pernah Bakar Anjing
Baca: Massa Mengamuk Pukuli Pengemudi dan Hancurkan Mobil Pajero di Kebon Jeruk, Ini Penyebabnya
Gadis yang tewas tersebut bernama Guo Muo.
Awalnya, Guo sedang makan siang bersama keluarganya.
Saat makan siang, ibu tiri Guo mengancamnya.
"Jika kamu makan terlalu lambat, aku akan memukulmu," kata sebuah sumber, mengikuti perkataan ibu tiri Guo.
Namun, entah kenapa Guo makan dengan lambat.
Alhasil, ibu tirinya pun kesal.
Sesampainya di rumah, ibu tiri Guo membawa gadis itu ke kamar tidurnya dan menutup pintu dari dalam.
Di dalam kamar, ibu tiri Guo melancarkan aksinya.
Ia memukuli anak tirinya tersebut dengan batang besi.
Ayah Guo yang berada di luar kamar tak berani untuk membela anaknya.
Dia terlalu takut untuk ikut campur, karena sebelumnya ia pernah mengalami pelecehan fisik oleh istrinya itu.
Tak tahan, ayah Guo pun membuka pintu kamar.
Dia menemukan putrinya terluka parah.
Guo menderita luka lebam parah di sekujur kaki akibat pukulan bertubi-tubi dari ibu tirinya.
Tak terima anak kandungnya mendapat perlakuan kejam, ayah Guo pun cekcok dengan istrinya.
Ayah Guo meminta istrinya untuk membawa Guo ke rumah sakit.
Lantas, ia meninggalkan rumah untuk merokok dan menenangkan diri.
Saat kembali ke rumah, ternyata ibu tiri Guo masih menolak permintaan suaminya untuk mengirim Guo ke rumah sakit.
Akhirnya, Guo berada dalam kondisi kritis.
Sang ayah segera melarikan Guo ke rumah sakit.
Namun, sudah terlambat untuk menyelamatkan anaknya tersebut.
Guo dinyatakan meninggal dalam sepuluh menit.
Sebelumnya, ayah dan ibu kandung Guo diketahui cerai saat Guo berusia dua bulan.
Setelah Guo beranjak besar, sang ayah merasa, anaknya membutuhkan sosok ibu untuk menemaninya.
Lantas, ia menikah lagi dengan perempuan lain yang kini menjadi istrinya.
Kematian Guo adalah sesuatu yang paling memilukan dalam hidupnya.
Hal itu dikarenakan istrinya yang sekarang dikenal sebagai pelaku kekerasan fisik.
Ayah Guo mengatakan, istrinya sering memukul putrinya karena alasan sepele.
Namun, aksi istrinya kini adalah hal terparah yang pernah dia lakukan.
Kini, ibu tiri Guo telah ditahan oleh polisi.
Kasus ini pun masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Kasus Serupa
Kasus serupa pernah terjadi di Indonesia.
Seorang bocah berusia tiga tahun, M Kalvin Alviansyah, tewas di tangan ayah tirinya HK (26).
Kalvin meninggal dengan kondisi mengenaskan.
Sekujur tubuhnya penuh luka lebam.
HK diduga menyiksa anak tirinya dengan dalih untuk mengobatinya.
Dilansir Tribunnews, kisah tragis itu terjadi Kampung Pasirborondong RT 06 RW 11 Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (25/3/2017).
Kepala Polres Cimahi AKBP Ade Ari Syam Indradi mengatakan, dari hasil keterangan nenek korban bernama Asih, awalnya korban menangis pada Jumat (24/3/2017) pukul 23.00 WIB lantaran diduga sedang tak enak badan.
HK, kata Ade, langsung memukuli korban dengan tangan kosong dengan dalih sebagai upaya penyembuhan.
"Dengan alasan akan menyembuhkan anak karena sakit dan penyembuhannya harus dilakukan dengan kekerasan atau dengan pukulan. Korban dipukuli dengan menggunakan tangan kosong dan menggunakan kaki," kata Ade, Sabtu malam.
Usai dianiaya, korban diseret ke kamar mandi.
Tubuh korban kemudian dimasukan ke dalam ember berisi air.
Sejam kemudian pelaku meninggalkan korban di ruang tengah rumahnya.
"Sekitar pukul 04.30 WIB pelaku menyuruh saksi (nenek korban) untuk membawa korban masuk ke kamar dan pada saat korban akan di bawa ke kamar, kondisi korban yang pada saat itu dalam keadaan tergeletak di lantai, sudah tidak sadarkan diri," kata dia.
Sabtu pagi, lanjut Ade, ibu korban memberitahukan kejadian tersebut kepada kakaknya Cepi Suparman.
Saat melihat korban tergeletak dan penuh luka lebam, Cepi membawa bocah itu ke Puskesmas Rajamandala.
"Tetapi oleh pihak Puskesmas Rajamandala korban dinyatakan sudah meninggal dunia," ujar ida.
Usai kejadian tersebut, sang ayah tiri melarikan diri.
Jenazah bocah malang itu kemudian dibawa ke RS Polri Sartika Asih untuk diautopsi.
Kasus kekejaman orang tua pada anak juga terjadi di Kota Medan.
Pada 2018, seorang anak kecil disiksa ibunya hingga tulangnya patah.
Selain itu, sang anak juga diduga mengalami trauma psikologis.
Informasi tentang penganiayaan anak ini diceritakan oleh bibi si anak malang itu, Dwi Erni Sembiring di Facebooknya yang telah viral.
Menurutnya, si keponakan mengalamai patah tulang, bibir pecah, punggung dan perut biru biru, kepala bocor, pelipis lecet dan terdapat banyak bekas lebam di bagian vital anak ini.
“Selama ini aku diam. Kau mau jungkir balik sama bapak anak itu, terserahmu.
Dulu sempat kau buat keponakanku begini, aq diamkan karena bapaknya sendiri yg bilang ga akan diulangi...
Sekarang kau buat lagi begini malah lebih parah dari yg pertama.
Kau perempuan, punya anak juga. Walau dia anak tirimu, ga pantas kau perlakukan dia begini.
Masih kecil dia, masih umur 4thn. Sebandel apa rupanya anak seumur itu maka bisa sampai hancur kau bua dia??
Asal kau tau yah, anak yg kau hajar itu bukan hanya sakit fisik tapi psikis juga. Untuk tutup mata mau tidur aja ga berani dia, ngoceh sendiri, berdiri disudut sudut rumah, ketawa pun ga ma lagi, sudah rusak kau buat psikisnya..!!
Sekali ini a ga akan diam lagi, biar tau kau duanya suami istri.”
Menurut Dwi Erni Sembiring, kasus ini sudah mereka laporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Ia pun mengaku banyak mendapat dukungan untuk memperjuangkan nasib si anak.
“Kau tunggu aja... Kau pilih menyerahkam dirimu sendiri atau kau tetap sembunyi..,” tambahnya lagi.
Menurutnya, anak malang itu sekarang sedang berada di Kabanjahe, Tanah Karo, bersama bibinya yang lain.
"Saat ini keponakan saya benar benar tertekan, tidak mau berbicara, raut wajahnya raut ketakutan, suka ngomong sendiri dan tidak ada tawa sama sekali."
"Tadi saya sempat videocall dengan dia, yg biasanya dia ceria dan mau bicara, sekarang berubah 180 derajat," tulisnya.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)