Rouhani Telepon Macron Ingatkan Soal Komitmen Kesepakatan Nuklir
Presiden Iran Hassan Rouhani telah memberitahu Presiden Perancis Emmanuel Macron melalui sambungan telepon terkait rencananya untuk kesepakatan nuklir
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani telah memberitahu Presiden Perancis Emmanuel Macron melalui sambungan telepon terkait rencananya untuk kesepakatan nuklir.
Rouhani mengatakan negaranya akan meluncurkan tahapan ketiga dalam mengurangi kewajibannya di bawah kesepakatan nuklir pada September mendatang jika Eropa gagal memenuhi komitmennya.
Ia menekankan langkah ini sama seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (1/9/2019), pembicaraan tersebut berlangsung Sabtu kemarin, dan Macron memposisikan diri sebagai seorang pendukung setia dalam upaya menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran.
Baca: Militer Jepang Minta Kenaikan Anggaran Belanja Alat Pertahanan
Baca: Kesan Phum Viphurit Tampil di Acara Pensi
Ia telah melakukan satu langkah ke depan dalam upaya untuk melibatkan Iran secara diplomatik.
"Jika Eropa tidak dapat menjalankan komitmennya, Iran akan mengambil langkah ketiga dalam mengurangi komitmen JCPOA, yang tentu saja akan dapat dibalik," kata Rouhani.
JCPOA merupakan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan yang umumnya dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Madura United vs Kalteng Putra di Indosiar
Rouhani tentunya akan menyambut positif upaya Perancis dalam menjaga kesepakatan dan menggambarkan kunjungan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif ke Biarritz, selama KTT G7 sebagai bagian yang sangat penting dalam menggiring opini publik serta politik di kawasan dan dunia.
Sementara Macron, menyebut kunjungan Zarif sebagai cara yang efektif dan menilai bahwa upaya itu membuktikan kesungguhan Iran dalam mempertahankan kepentingan dan komitmenmya terhadap negosiasi.
Menurut kantor berita Mehr, Rouhani juga menekankan bahwa pendekatan Iran adalah melalui cara mempertahankan JCPOA.
Ia juga mengecam para pemimpin Eropa, karena tidak mengambil langkah-langkah praktis untuk memenuhi komitmen mereka dalam menanggapi sikap Amerika Serikat (AS) yang menarik diri dari JCPOA serta diberlakukannya kembali sanksi terhadap Iran.
Pada peringatan pertama pasca penarikan diri secara sepihak yang dilakukan oleh AS dari perjanjian nuklir Iran pada Mei 2015 lalu, Iran mengumumkan bahwa mereka akan mulai meninggalkan beberapa bagian dari kewajiban nuklirnya setiap memasuki masa 60 hari.
Kecuali jika Eropa menandatangani kesepakatan untuk memastikan kepentingan Iran, berdasar pemberlakuan kembali sanksi AS terhadap Iran.
Baca: Penampilannya Makin Impresif di Usia 38 Tahun, Roger Federer Dijuluki GOAT
Sebelumnya, Menlu Iran Zarif mengatakan, fase ketiga pengurangan kewajiban nuklir akan dimulai pada 6 September mendatang.
Perlu diketahui, keputusan AS yang menarik diri dari kesepakatan itu mendorong Prancis, Jerman dan Inggris menciptakan mekanisme kerja sama perdagangan dengan Iran yang disebut INSTEX.
Setelah pertemuan Komisi Gabungan JCPOA pada Juni lalu, mekanisme menjadi operasional dan tersedia bagi semua negara anggota Uni Eropa (UE).
Instrumen perdagangan pada tahap awal memang hanya mencakup pasokan obat-obatan, peralatan medis serta produk pertanian.
Namun Iran juga dilaporkan kini tengah berupaya mengekspor minyak.