Menteri Lingkungan Hidup Jepang: Pikirkanlah Kemungkinan Meniadakan Pembangkit Nuklir
Kita baiknya memikirkan bagaimana kemungkinan untuk meniadakan pembangkit listrik tenaga nuklir dan mencari kemungkinan lain
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Baru saja diangkat sebagai Menteri Lingkungan Hidup, Shinjiro Koizumi (38) sudah menghebohkan media massa Jepang dengan komentarnya kemarin dan hari ini langsung kunjungan mendadak ke perfektur Fukushima tempat ledakan reaktor nuklir 11 Maret 2011 lalu.
"Kita baiknya memikirkan bagaimana kemungkinan untuk meniadakan pembangkit listrik tenaga nuklir dan mencari kemungkinan lain dengan pembangkit energi terbarukan," papar Koizumi kemarin (11/9/2019).
Komentar tersebut langsung menggemparkan Jepang karena kebijakan dasar partai liberal (LDP) dipimpin PM Shinzo Abe, dan Koizumi pun dari LDP, justru menjadilah reaktor nuklir sebagai base untuk energi di Jepang. Tinggal dijaga dengan ketat keamanannya sebaik mungkin.
Setelah komentar Koizumi, putera kedua mantan PM Jepang Junichiro Koizumi yang juga memiliki filosofi Nuklir Zero, hari Kamis ini (12/9/2019) setelah serah terima dengan menteri yang lama, langsung menuju Fukushima bertemu Gubernur Masao Uchibori (55).
"Kami berharap kerjasama Bapak dan mulai sekarangh mari kita kerjasama dengan baik memulihkan Fukushima," ajak Koizumi kepada Gubernur Uchibori siang ini (12/9/2019) yang disambut positif pula oleh sang gubernur.
Koizumi langsung mengunjungi para korban bencana alam 11 Maret 2019 yang masih berada di tempat penampungan bencana sementara untuk berkomunikasi langsung dengan mereka.
Kehadiran Koizumi oleh beberapa orang dianggap pula sebagfai strategi menutupi kekurangan (kalau ada) kelemahan menteri lain.
Dengan adanya Koizumi sebagai menteri, media massa Jepang umumnya meliput kegiatan menteri termuda Jepang ini terus menerus sehingga kegiatan menteri lain jadi agak tertutup dengan kegiatan Koizumi, yang karena muda, diharapkan banyak aktivitas bisa dilakukan kepada masyarakat Jepang, ketimbang menteri lain yang telah berusia 70-80 tahunan.