Kabut Asap Kiriman dari Indonesia Masuk Singapura, Ajang Balap F1 Terancam?
Kabut asap yang melanda Singapura disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dan Malaysia, yang telah menjadi agenda tahunan di kawasan it
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Ajang balap F1 kembali digelar di jalan-jalan kota Singapura akhir pekan ini, tepat ketika kualitas udara di kota itu mencapai taraf terburuk dalam tiga tahun terakhir.
Kabut asap yang melanda Singapura disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dan Malaysia, yang telah menjadi agenda tahunan di kawasan itu.
Jadi saat Singapura bersiap-siap untuk kemewahan F1, langit biru yang biasanya cerah telah berubah menjadi abu-abu berkabut dan pucat.
Cakrawala kota diselimuti kabut - dan udara, yang secara resmi digolongkan tidak sehat, membawa serta bau terbakar.
Baca: Ular Langka di Dunia yang Memiliki Kaki Ditemukan Hangus Terbakar Akibat Kebakaran Hutan di Riau
Namun para pejabat Singapura dan F1 melakukan yang terbaik untuk meyakinkan para penggemar bahwa aman untuk datang dalam kondisi ini - dan balapan tetap berjalan.
Bagaimana dampak kabut asap terhadap balapan?
Balapan pada malam hari di Singapura dianggap sebagai acara paling merepotkan musim ini. Jika kabut tetap ada, dan jarak pandangnya rendah, segalanya akan menjadi lebih sulit.
"Ini bukan hanya pertimbangan keselamatan bagi pengemudi," kata pakar meteorologi Profesor Koh Tieh Yong dari Singapore University of Social Sciences kepada BBC.
"Ini juga tentang apakah mereka dapat melakukan yang terbaik. Karena kendaraan berjalan sangat cepat, para pembalap harus melihat jauh ke depan. Jadi bagi para pembalap, visibilitas akan menjadi faktor yang lebih besar daripada bagi para penonton.
"Itu akan mempengaruhi kinerja mereka bahkan sebelum itu mempengaruhi keselamatan mereka."
Baca: Perjuangan Tak Kenal Lelah Para Petugas Pemadam Kebakaran Hutan, Makan Seadanya dan Kelelehan
Suhu udara di Singapura kadang mencapai 30 derajat celsius dan pembalap harus tahan dengan suhu 50 derajat celsius di dalam kokpit.
Tambahkan suhu tinggi itu dengan 80% kelembaban udara, dan Anda bisa bayangkan mengapa balapan itu dijuluki 'Sauna Singapura'.
"Jika Anda akan melakukan balapan di mana kinerja semua pembalap Anda semua terganggu dan mereka tidak dapat melakukan seperti biasa, lalu apa gunanya mengadakan balapan?" Koh berkata.
"Apakah mereka benar-benar bersaing untuk demi kemampuan terbaik mereka - atau hanya orang yang beruntung yang melewati sepetak udara yang lebih jernih dan menang?"
Jika visibilitas menjadi sangat buruk, balapan bahkan bisa dibatalkan. Tetapi Singapura telah mengalami kabut asap selama balapan F1 sebelumnya tanpa pembatalan.
Apa yang dikatakan penyelenggara?
Sejauh ini, balapan akan tetap digelar - namun negara itu sadar bahwa situasinya tidak ideal.
Selama balapan akhir pekan nanti, otoritas berwenang di kota itu dan penyelenggara balapan akan memonitor level kabut asap dan "merespons dengan sesuai," ujar Jean Ng, direktur eksekutif badan pariwisata Singapura, kepada BBC.
Untuk saat ini, penonton dapat membeli masker pelindung N95 di kios cinderamata dan pusat infromasi, serta akan ada bantuan bagi siapa saja yang tidak sehat.
Singapura - dengan populasi kurang dari 6 juta orang - dilaporkan memiliki persediaan nasional 16 juta masker sekali pakai.
Tapi balapan F1 akhir pekan nanti lebih dari sekedar perlombaan - ada banyak kegiatan dan konser terbuka yang mungkin juga terpengaruh.
Deretan musisi yang akan tampil tahun ini mencakup Swedish House Mafia, Muse, Red Hot Chili Peppers dan Fatboy Slim.
Jean Ng mengkonfirmasi bahwa acara balapan dan hiburan berjalan baik, namun dia menyarankan para wisatawan "untuk berhati-hati".
Seberapa buruk kualitas udara?
"Tidak sehat", menurut badan lingkungan nasional Singapura (NEA), yang memonitor kualitas udara dan merilis pembaruan tentangnya. Bahkan ada situs kabut asap dan pelacak kabut.
Udara diukur dalam PSI (Indeks Standar Pencemaran). Bila angkanya mencapai 100, kualitas udara masuk kategori "sedang". Dari 100 - 200 "tidak sehat".
Tingkat antara 201 hingga 300 "sangat tidak sehat" dan angka di atasnya dikategorikan "berbahaya".
Kualitas udara paling buruk terjadi pada 2013, ketika taraf PSI di Singapura mencapai sekitar 400.
Pada hari-hari menjelang perlombaan, level kualitas udara sebagian besar di atas "tidak sehat".
Pada Kamis pagi, angkanya mencapai 131.
NEA menyarankan orang sehat untuk mengurangi "aktivitas berat di luar ruangan", sementara anak-anak, orang tua dan orang sakit harus meminimalkan atau menghindari aktivitas semacam itu.
Jika level polusi udara semakin tinggi, orang-orang akan disarankan untuk tetap di dalam ruangan dan meminimalkan semua waktu yang dihabiskan di luar ruangan.
Tetapi - meskipun penggemar dan pembalap F1 mungkin merasa tidak nyaman - situasinya jauh lebih buruk di negara tetangga Malaysia dan khususnya Indonesia, di mana tingkat kabut asap jauh lebih tinggi.
Kebakaran berasal dari kedua negara itu, biasanya dipicu oleh para petani yang membuka lahan. Akibatnya sekolah ditutup, sementara anak-anak dan orang tua berpotensi sakit.
Apa yang dikatakan para penggemar?
Singapore Grand Prix mengundang banyak penggemar dari seluruh dunia, dan banyak di antara mereka sudah ada di kota itu.
"Saya tidak khawatir dengan kabut asap," tutur Nuno Gomes, penggemar balapan dari Portugal, kepada BBC.
"Ini sangat panas tapi ini akan menjadi akhir pekan yang fantastis. Kabut asap tidak akan menganggu kami."
Bruce and Anna-Marie Harrison dari Selandia Baru mengatakan mereka akan tetap menikmati balapan itu
"Sangat menyakitkan mata dan Anda bisa merasakannya," ujar Anna-Marie Harrison yang berasal Selandia Baru.
"Rasanya sangat tidak enak."
"Tapi balapan malam jauh lebih keren, suasanya sangat hebat dan [balapan] ini tidak jauh dari Selandia Baru, jadi kami sama sekali tidak akan mengubah rencana kami. [Balapan] itu mungkin akan mencengangkan!"
"Anda harus menghadapinya." ujar suaminya, Bruce. "Anda tidak bisa berpaling dan mendapatkan uang Anda kembali - jadi Anda hanya bisa melanjutkannya dan tetap menikmatinya. Inilah hidup."
Seperti pasangan Harrison, penyelenggara F1 berharap angin yang berhembus akan mengurai dampak kabut asap.
"Situasi kabut asap ini bisa cepat berubah," ujar salah satu juru bicara.