Jelekkan Citra Olimpiade 2020 Jepang, Partai Demokratik Korea Palsukan Data Radioaktif
Partai Demokratik Korea memalsukan dan menyebarluaskan data palsu radioaktif Jepang khususnya daerah sekitar stadiun olahraga.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Keributan dua negara, Jepang dan Korea semakin meningkat akhir-akhir ini. Bahkan Partai Demokratik Korea memalsukan dan menyebarluaskan data palsu radioaktif Jepang khususnya daerah sekitar stadiun olahraga.
"Data 24 September 2019 Partai Demokratik Korea Selatan mengungkapkan kepalsuan. Mereka menyebutkan kadar radioaktif di Fukushima 1 meter persegi sebesar 2,95 juta Becquere," ungkap sumber Tribunnews.com, Minggu (6/10/2019).
Choe Jae-Seong, Kepala Komisi khusus untuk agresi ekonomi Jepang tanggal 24 September lalu mengungkapkan bahwa daerah Iwate, Miyagi bahkan Saitama selatan masih memiliki tingkat radiasi yang tinggi, bahkan 10 kali lipat dari data yang diungkapkan Jepang.
Di stadiun olahraga Azuma misalnya diungkapkannya tingkat radiasi mencapai 2,05 juta Becquer. Namun yang sesungguhnya hanya 140.000 Becquere saja.
Baca: Koalisi Jokowi Tetap Menolak Perppu KPK
Stadiun olahraga tersebut untuk pertandingan sofbol dan bisbol saat Olimpiade 2020 mendatang.
Kementerian Luar Negeri Jepang setiap hari meng-update data radiasi daerah Tohoku (Miyagi, Fukushima, Iwate danb sekitarnya) dalam situs: https://www.kr.emb-japan.go.jp/people/news/jisin_news_monitoring.html
Mengapa para politisi Korea berbohong, tidak ada yang tahu.
Namun seorang sejarawan Jepang,、Kazuto Hongo mengungkapkan bahwa para politisi Korea memang banyak yang seperti anak-anak saja.
"Data berbohong itu kaya anak-anak saja, tidak bisa dipercaya. Artinya kita juga tak bisa diskusi dong dengan mereka kalau datanya saja sudah jelas-jelas berbohong begitu. Mengapa ya? Aneh sekali mereka," papar Hongo.
Hubungan kedua negara semakin buruk akibat masalah korban Perang Dunia II wanita korban tentara Jepang (biasa dijuluki Jugun Ianfu) tidak pernah selesai diterima pihak Korea dengan kesepakatan internasional dua negara yang diputuskan bersama tahun 1965.
Jepang mengganti rugi sejumlah dana dan disetujui pihak Korea.
Kemudian muncul kasus keputusan Mahkamah Agung (MA) Korea yang mengabulkan permintaan ganti rugi keluarga korban Perang Dunia II pihak Korea, untuk mendapatkan ganti rugi jutaan yen dari perusahaan swasta Jepang seperti Nippon Steel dan Sumitomo Metal Corporation.
Pemerintah Jepang sangat marah atas keputusan MA Korea tersebut karena dianggap tidak mengindahkan sama sekali keputusan bilateral tahun 1965.
Baca: Kronologis Aiptu Pariadi Tembak Istrinya Hingga Tewas Lalu Bunuh Diri Tembakkan Pistol ke Kepalanya
Keributan terus semakin besar dengan larangan ekspor produk tertentu ke Korea dan dibalas dengan boikot produk Jepang di Korea.
Berlanjut dengan berhentinya banyak penerbangan ke Jepang dari Korea, turis Korea jauh semakin berkurang yang ke Jepang karena takut dianggap pengkhianat negara kalau pergi ke Jepang.
"Kini Korea pun mulai menjelekkan Jepang agar Olimpiade 2020 diboikot banyak negara, antara lain dengan data palsu tingkat radiasi yang masih tinggi di tempat-tempat olahraga di Jepang," tambahnya.