Inilah Sosok Pengganti Jenderal Soleimani Sebagai Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran
Iran menyatakan bakal melakukan pembebasan pascatewasnya Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani.
Penulis: Daryono
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Iran menyatakan bakal melakukan pembebasan pascatewasnya Komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani.
Dikutip dari laman bbc.com, Selasa (7/1/2020), balas dendam Iran terhadap Amerika Serikat akan dipimpin oleh Esmail Qaani.
Siapakah Esmail Qaani?
Esmail Qaani merupakan Komandan baru Pasukan Quds, jabatan yang sebelumnya dijabat Qassem Soleimani.
Quds adalah cabang luar negeri dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, didirikan setelah revolusi Iran pada tahun 1979 untuk mempertahankan sistem Islam negara itu.
Qaani berusia 63 tahun, lahir di kota timur laut Mashad, kota terpadat kedua Iran dan tempat ziarah penting bagi Muslim Syiah.
Dia bergabung dengan IRGC pada 1980.
Seperti Soleimani, Qaani adalah seorang veteran perang Iran-Irak 1980-1988.
Setelah perang Irak-Iran, ia kemudian bergabung dengan pasukan Quds dan ditempatkan di Provinsi Khorasan, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Turkmenistan.
Tidak banyak yang diketahui tentang kegiatannya tetapi diperkirakan bahwa sementara Soleimani fokus di barat, Qaani menjaga prioritas Iran di timur, seperti memerangi penyelundupan obat-obatan terlarang dan membantu Aliansi Utara Afghanistan dalam pertempurannya melawan Taliban.
Qaani juga dikatakan telah melakukan lebih banyak peran administratif sehari-hari dalam pasukan.
Qaani pernah mendapat sanksi dari AS pada 2012 karena pekerjaannya mendanai operasi Quds di seluruh dunia.
Janjikan Balas Dendam
Setelah menjabat sebagai Komandan Pasukan Quds, Esmail Qaani menyatakan bakal melakukan pembalasan atas kematian Soleimani.
"Tuhan Yang Mahakuasa telah berjanji untuk membalas dendam kepada martir Soleimani. Tentunya tindakan (pembalasan) akan diambil," katanya kepada televisi pemerintah.
Sementara, saat mengumumkan Qaani sebagai penerus Soleimani, pemimpin Iran Ayatollah Khamenei mengatakan Quds akan "tidak berubah".
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pada Kamis (2/1/2020) memerintahkan pembunuhan Kepala Pasukan Quds Garda Republik Islam Iran, Qassem Soleimani, yang baru tiba di Bandara Baghdad dari Lebanon.
Drone MQ-9 Rapier meluncurkan rudal Hellfire menghancurkan sekurangnya tiga kendaraan yang ditumpangi rombongan Qassem Soleimani dan Wakil Komandan Hasd al-Shaabi Abdul Mahdi al Muhandis.
Qassem datang ke Baghdad dijadwalkan bertemu Plt Perdana Meneteri Irak Adil Abdul Mahdi, serta mengikuti dialog peredaan konflik yang rencananya dihadiri utusan Kerajaan Saudi.
Pembunuhan Qassem, jenderal Iran yang kharismatik ini memantik histeria dan kemarahan rakyat Iran, Irak, dan sebagian di Suriah, Lebanon, Yaman, dan berbagai tempat lainnya.
Jutaan penduduk Iran mengantarkan prosesi pemakaman Qassem Soleimani sejak Sabtu, Minggu, hingga Senin (6/1/2020), dari Kota Ahvas, Meshhad, Qom, Teheran, hingga Kerman.
Parlemen Irak telah sepakat bulat mengeluarkan keputusan untuk mengusir pasukan AS dan koalisinya dari Irak.
Keputusan ini juga menjadi usulan pemerintah Irak.
Presiden Trump dan Menteri Pertahanan Mark Esper menanggapi keputusan ini dengan penegasan, pasukan AS tidak akan keluar dari Irak.
Trump menegaskan, Irak harus membayar mahal jika AS dipaksa keluar, dan harus bersiap menerima sanksi politik, militer maupun ekonomi yang sangat keras seperti Iran.
Sekitar 3.000 prajurit Lintas Udara 82 dari Fort Bragg, North Carolina telah diterbangkan ke Kuwait, guna memperkuat pasukan AS di Timur Tengah.
Sebagian dikirim ke Lebanon.
Saham Industri Senjata AS Terdongkrak
Serangan mematikan militer AS terhadap Mayjen Qassem Soleimani, mendongkrak drastis harga saham sejumlah raksasa industri senjata AS.
Saham Lockheed Martin, yang terkenal memproduksi pesawat tempur, helikopter, dan rudal canggih, harga sahamnya melonjak lebih dari $ 416, naik tujuh persen dalam semalam.
Melandir TribunJogja yang mengutip dari Mintpressnews.com, Selasa (7/1/2020), Raytheon yang memproduksi banyak peluru kendali pintar, dan General Dynamics juga menikmati hal serupa.
Sementara Northrop Grumman yang juga terkenal akan produk pesawat tempurnya, harga sahamnya naik 9 persen dalam beberapa hari terakhir.
Para spekulan berebut memborong saham industri militer melihat potensi keuntungannya jika pecah perang.
Terkait dampak krisis Iran ini, ekonom dan pendiri Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi di AS, Dean Baker, menunjukkan gejala aksi ambil untung di pasar saham.
Menariknya, saham Lockheed Martin naik lebih dari dua persen dan Northrop Grumman hampir empat persen pada Kamis, siang sebelum pembunuhan Soleimani terjadi.
Artinya, aksi borong saham industry militer AS ini terjadi sebelum operasi pembunuhan ekstra yudisial atas pahlawan Iran dilakukan.
"Sepertinya banyak orang harus masuk penjara," kata Dean Baker menunjuk indikasi terjadinya “insider trading” saham.
Baker seperti dikutip Mintpress, memberi contoh skandal saham beberapa waktu lalu, ketika perusahaan-perusahaan farmasi menahan obat-obatan untuk masyarakat demi keuntungan.
Menurutnya, penerima manfaat terbesar dari perdagangan saham yang tidak adil umumnya politisi, yang mengetahui lebih awal berbagai kemungkinan dari krisis politik di dalam maupun luar negeri.
Profesor Alan Ziobrowski dari Georgia State University menemukan banyak anggota DPR AS mendapatkan keuntungan tidak normal pada saham mereka, atau yang berafiliasi.
Para senator yang berada di Kongres dan memiliki kedudukan lebih tinggi daripada anggota DPR, juga mendapatkan keuntungan jauh lebih baik.
Ini menunjukkan praktik gurita bisnis politik dan senjata di AS yang saling menguntungkan di antara pelaku-pelakunya.
Secara politik, gerakan populisme sayap kanan menurut Alan Ziobrowski sangat menguntungkan bagi produsen senjata.
Meskipun menampilkan dirinya sebagai kandidat anti-perang, Trump meningkatkan anggaran militer secara drastic dan memperluas peran AS di tengah konflik Yaman.
Lebih dari setengah pengeluaran keuangan negara digunakan untuk militer.
Amerika menghabiskan dana hampir sama dengan pengadaan persenjataan di dunia.
Data ini dirilis Stockholm International Peace Research Institute.
Presiden Trump dalam beberapa kesempatan suka mengingatkan pasar saham berada pada titik tertinggi sepanjang masa.
Saham industry militer termasuk di antara yang berkinerja terbaik.
Data lain menunjukkan, jika Anda membeli saham Northrop Grumman lima tahun lalu, Anda akan melihat kenaikan 146 persen hari ini.
Di Inggris, sembilan dari sepuluh produsen senjata terbesar melihat harga saham mereka meningkat segera setelah tokoh konservatif Boris Johnson mengalahkan kandidat anti-perang Jeremy Corbyn pada Pemilu Desember 2019.
Meroketnya nilai saham kontraktor militer baru-baru ini menyoroti kontras yang berkembang antara motif laba kapitalisme dan kelangsungan hidup manusia.
Seringkali, apa yang merupakan berita buruk bagi dunia adalah berita baik untuk kompleks industri militer.
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunJogja)