Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Memandang Stigma Anti-Gay di Indonesia Usai Kasus Predator Seks Reynhard Sinaga Mencuat ke Publik

Kasus Reynhard Sinaga seorang predator seks mencuat ke publik usai memerkosa hampir 200 orang pria. Akibatnya stigma anti gay di Indonesia meninggi.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Memandang Stigma Anti-Gay di Indonesia Usai Kasus Predator Seks Reynhard Sinaga Mencuat ke Publik
Facebook via BBC
Reynhard disebut oleh teman kuliahnya sebagai orang yang ramah dan periang. 

Ada sebuah perbedaan persepsi dari masyarakat jika menilai sebuah kasus pemerkosaan.

Vivi, sapaan akrabnya, membenarkan hal tersebut.

Menurutnya, jika ada seorang wanita yang menyerang laki-laki, maka yang menjadi fokus masyarakat adalah menyerang si korban.

Tetapi menurut Vivi, dalam kasus Reynhard ini masyarakat lebih menyerang orientasi seksualnya.

Vivi pun menjelaskan bagaimana hubungan antara kekerasan seksual dan orientasi seksualnya.

"Padahal dalam berbicara mengenai kekerasan seksual tidak ada hubungannya dengan orientasi seksualnya,"

"Buktinya banyak sekali yang heteroseksual (penyuka lain jenis) juga menjadi pelaku kekerasan seksual," ujar Vivi yang menjadi Co Director Hollaback! Jakarta itu.

Baca: Seksolog Ungkap Kelainan Seksual Reynhard Sinaga, Kecenderungan Menikmati Hubungan Seks dengan Mayat

Baca: Banyak yang Melapor, Korban Reynhard Sinaga Diperkirakan Terus Bertambah

Berita Rekomendasi

Vivi pun membandingkan reaksi publik dengan kasus kekerasan seksual jika dilakukan oleh seorang heteroseksual.

"Sedangkan jika pelakunya heteroseksual, tidak ada yang menyinggung seperti 'oh dasar lo heteroseksual' kebanyakan yang diserang adalah korbannya," tutur Vivi.

Vivi pun menanyakan sebenarnya maksud dari masyarakat yang menyerang orientasi seksual pelaku berpihak kepada siapa.

"Nah sekarang kasus ini yang diserang orientasi seksualnya, sebenarnya masyarakat berpihaknya kepada siapa sih?"

"Bukannya menyerang tindakan yang dilakukan pelaku, tetapi malah menyerang identitas-identitas yang sebetulnya marjinal," tegasnya kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon.

Vivi juga menyinggung soal identitas perempuan sendiri yang penuh sejarah opresi.

Opresi sendiri adalah tindakan merampas kemerdekaan individu dengan memaksa individu melakukan sesuatu yang tidak ia kehendaki.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas