Mantan Ketua KPU Sultra Cerita Kondisi Putrinya yang Sedang Studi di Wuhan China
Anaknya itu, kata Hidayatullah, akan menjalani aktivitas perkuliahan semester pertama di Fakultas Kedokteran Hubey University pada Februari.
Editor: Hasanudin Aco
Sebab, Djauhari mengakui, seiring dengan waktu, logistik di Kota Wuhan semakin menipis. Bahkan, berdasarkan informasi, bahan makanan akan habis dalam waktu lima hingga enam hari ke depan.
"Tapi, sebelum mereka (WNI) kehabisan, kami akan suplai terus," ujar Djauhari.
KBRI akan memesan logistik melalui daring, kemudian dikirim lewat kurir kepada masing-masing koordinator WNI yang ada di setiap universitas maupun apartemen.
Untuk memudahkan distribusi logistik itu, KBRI telah mendirikan posko khusus di Chansa, Provinsi Hunan.
Djauhari menambahkan, tak semua dari 93 WNI di Wuhan berstatus pelajar. Ada seorang di antaranya merupakan pekerja profesional dan tinggal di apartemen.
"Tanpa terkecuali, mereka (WNI pekerja) juga kami suplai pangan di mana pun warga kita berada di Wuhan," kata Dubes Djauhari.
Diketahui, jumlah korban meninggal dunia akibat virus corona di China dilaporkan telah mencapai 56 orang, di mana hampir 2.000 orang terinfeksi.
Berdasarkan catatan Komisi Kesehatan Nasional, terdapat korban baru di mana 15 orang meninggal, dengan muncul 688 kasus yang telah positif.
Di antara 15 korban tewas yang baru itu, 13 di antaranya berasal dari Hubei, provinsi di mana virus corona pertama kali menyebar pada akhir tahun 2019.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Putrinya Terisolasi di Wuhan karena Virus Corona, Mantan Ketua KPU Sultra: Tidur Tak Nyenyak"