Setelah Kecelakaan Helikopter Tewaskan Kobe Bryant, Pasar Taksi Udara Jadi Sorotan
Kobe Bryant, mantan bintang bola basket LA Lakers meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter. Setelah kematiannya pasar taksi udara jadi sorotan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kobe Bryant, mantan bintang bola basket LA Lakers meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (26/1/2020) lalu.
Kobe Bryant meninggal dalam perjalanan menuju Akademi Olahraga Mamba di Thousand Oaks.
Helikopter yang ditumpanginya menabrak lereng bukit di barat laut kota Los Angeles.
Setelah kematian Kobe Bryant, pasar taksi udara khususnya helikopter menjadi sorotan.
Diketahui, kebanyakan orang Amerika Serikat, termasuk mereka yang terbilang cukup kaya dapat dengan mudah menggunakan moda transportasi udara.
Minat mereka untuk menggunakan transportasi udara pun menjadi berkurang.
Satu di antara alasannya adalah soal keselamatan.
Menurut U.S. Helicopter Safety Team (Tim Keselamatan Helikopter Amerika Serikat) atau USHST, industri di bidang yang sama kini berfokus pada peningkatan keamanan.
Dikutip dari laman CBSNEWS, berpergian dengan helikopter tetap saja dirasa kurang aman dibanding dengan maskapai komersial.
Data terakhir menunjukkan, secara global, ada 534 kematian yang melibatkan pesawat komersial besar di seluruh dunia pada 2019.
Industri terbesar, Helicopter Association International telah berupaya mendorong untuk mengurangi jumlah kecelakaan.
Mereka bertujuan untuk memiliki setidaknya satu tahun dalam waktu dekat, tidak memiliki catatan kematian akibat kecelakana helikopter.
Lepas Landas dan Pendaratan Naik 80 Persen
Berdasar laporan The New York Times, tahun lalu tercatat lepas landas dan pendaratan helikopter di wilayah New York meningkat.