Catatan Harian Seorang Warga Wuhan "Teman Saya Batuk, Langsung Disuruh Tutup Telepon"
Orang-orang memakai masker, teman-teman saya bilang sebaiknya saya menumpuk pasokan makanan. Beras dan mi hampir habis di toko-toko.
Editor: Hasanudin Aco
Mobil dan pejalan kaki menyusut. Tiba-tiba segala sesuatu seperti berhenti di kota ini.
Akankah kota ini hidup kembali?
Jumat 24 Januari - Malam Tahun Baru yang sunyi
Dunia terasa sunyi, dan ini mengerikan. Saya hidup sendirian, biasanya saya tahu ada orang lain dari suara berisik di lorong apartemen. Kini senyap.
Saya punya banyak waktu untuk memikirkan cara bertahan hidup. Saya tak punya banyak uang atau koneksi.
Untuk menjaga diri agar tidak sakit, saya berolahraga. Makanan penting untuk bertahan, maka saya perlu memastikan bahwa pasokan saya cukup.
Pemerintah tak bilang berapa lama isolasi akan dilakukan. Juga tak dikatakan bagaimana caranya agar segala sesuatu tetap berfungsi.
Baca: 2 Skenario yang Disiapkan Pemerintah untuk Evakuasi WNI di Wuhan China
Banyak orang bilang, isolasi akan terjadi sampai bulan Mei.
Apotik dan toserba di bawah tutup hari ini. Saya lihat kurir masih mengantar makanan, lega rasanya.
Mi habis di toserba, tapi ada beras. Saya ke pasar hari ini, membeli seledri, bawang putih dan telur.
Sepulang ke rumah, saya mencuci baju lalu mandi. Kebersihan pribadi penting sekali. Rasanya saya cuci tangan 20 sampai 30 kali sehari.
Saya masih bisa merasa terhubung ke dunia dengan bepergian ke luar rumah.
Susah membayangkan bagaimana rasanya orang tua yang hidup sendirian atau orang-orang dengan disabilitas.