Siswi India Dipaksa Buka Celana Dalam oleh Gurunya untuk Buktikan Tidak Sedang Haid
Bhuj adalah sebuah kota yang terletak di negara bagian Gujarat dan terletak sekitar 1.100 km dari ibukota India, New Delhi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, INDIA - Di sebuah sekolah di India, lebih dari 60 siswi perempuan mengatakan mereka dipaksa untuk membuka celana dalam dan menunjukkan kepada guru bahwa mereka tidak sedang mengalami menstruasi.
Aturan sekolah melarang murid yang mens tidur di bagian bawah asrama, dan tidak menyentuh murid lain
68 murid perempuan di sekolah telah dipaksa membuka pakaian setelah sebuah pembalut wanita yang sudah digunakan ditemukan di taman sekolah Sahjanand Girls Institute di kota Bhuj.
Bhuj adalah sebuah kota yang terletak di negara bagian Gujarat dan terletak sekitar 1.100 km dari ibukota India, New Delhi.
"Kepala sekolah marah-marah, dan bertanya siapa diantara kami yang sedang haid. Dua diantara kami yang sedang haid kemudian maju," kata salah seorang murid seperti yang dikutip koran India, The Hindustan Times.
"Meski begitu, kami semua kemudian dibawa ke kamar mandi."
"Di situ guru perempuan meminta kami satu per satu membuka celana dalam sehingga mereka bisa memeriksa apakah kami sedang mentruasi atau tidak."
Baca: Ratusan Pasien Aborsi Ilegal Juga Bisa Dijerat Pidana
Sekolah yang terletak di Gujarat, negara bagian dimana Perdana Menteri India Narendra Modi berasal, dijalankan oleh sebuah sekte Hindu konservatif bernama Swaminarayan.
"Siswi-siswi sudah diberitahu mengenai aturan yang berlaku di asrama sekolah tersebut, sebelum mereka mendaftar masuk sekolah," kata salah seorang pengurus sekolah Pravin Pindoria kepada kantor berita AFP.
"Saya sudah meminta adanya pertemuan komite pengurus sekolah, yang akan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab."
Aturan yang ada di sekolah adalah melarang murid yang sedang menstruasi masuk sekolah, seperti halnya mereka tidak diijinkan masuk ke pura atau dapur, bercampur atau bersentuhan dengan siswi lain, atau tidur di dalam penginapan, kata laporan media lokal.
Ketika sedang menstruasi, siswi juga harus tinggal di lantai bawah asrama.
Komisi Perempuan Nasional India mengatakan sedang menyelidiki insiden tersebut.
Datang bulan atau menstruasi masih dianggap sebagai hal yang memalukan dan jorok di sebagian besar India dan negara Asia Selatan lainnya, dimana para perempuan sering kali dilarang mendatangi tempat-tempat keagamaan ketika menstruasi.
Menurut lembaga PBB, UNICEF, di India "menstruasi dianggap kotor dan tidak suci, dan selama masa menstruasi perempuan dianjurkan tidak sekolah dan tetap di rumah."
India pernah menghapus pajak pembalut wanita di tahun 2018, hal yang sebelumnya kontroversial.
Dengan adanya pajak pembalut wanita, perempuan tidak bisa membeli pembalut sehingga menjadi alasam mereka untuk pergi ke sekolah.
Sekitar 80 persen perempuan India diperkirakan tidak memiliki akses untuk mendapatkan pembalut wanita.
Di tahun 2017, seorang anak perempuan berusia 12 tahun bunuh diri setelah dia dipermalukan oleh guru di depan murid laki-laki karena darah menstruasi mengenai seragam sekolahnya.
Di negeri tetangga India, yakni Nepal, "pondok menstruasi" masih digunakan, dimana 77 persen perempuan Nepal harus tidur di luar rumah ketika mereka sedang datang bulan.
"Sejumlah besar anak perempuan berhenti sekolah semasa akil balik karena tidak adanya akses mendapatkan pembalut," tulis Vageshwari Deswal, pakar hukum dari University of Delhi mengenai insiden di Sahjanand Girls Institute.
"Kita semua harus menyadari jika menstruasi adalah bagian normal kehidupan perempuan dan bukan hal yang memalukan," tambahnya.