Tunda Nikah Demi Selamatkan Pasien Corona, Dokter Muda di Wuhan Malah Meninggal Tertular Corona
Seorang Dokter Muda Meninggal setelah terjangkit virus corona. Sebelumnya, dokter berusia 29 tahun tersebut memilih membantu mengobati pasien corona
Editor: Sugiyarto
![Tunda Nikah Demi Selamatkan Pasien Corona, Dokter Muda di Wuhan Malah Meninggal Tertular Corona](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/korban-virus-corona-mencapai-2112-jiwa-meninggal-dunia_20200221_010139.jpg)
"Kecuali, beberapa pejabat lokal mungkin dikorbankan untuk meredakan kemarahan yang meningkat dalam massa," tulis pengguna Weibo.
"Mereka akan segera melupakannya seperti yang selalu mereka lakukan," kata pengguna.
Seorang seniman membuat sketsa Li Wenliang mengenakan masker rumah sakit.
Meme itu meniru potret dokter Li ketika bekerja merawat pasien virus corona di Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Dalam versi lainnya, kawat berduri melilit wajah Li seperti masker rumah sakit.
Hal itu melambangkan langkah pemerintah untuk membungkamnya, setelah membunyikan alarm tentang virus corona pada bulan Desember lalu.
Pengguna Twitter @Nectar_Gan mengunggah ulang selebaran dengan gambar kawat berduri.
Serta menyalakan lampu senter ke luar jendela dan meniup peluit untuk memperingati kematian dokter Li Wenliang.
Ungkapan, "Malam ini, izinkan saya meniup peluit untuk Wuhan," juga telah dilarang dari Weibo, menurut catatan @Nectar_Gan.
Lalu, sebuah tangan muncul dari langit dengan gunting, memotong sayap mereka.
Menurut South China Morning Post, pemantau media sosial China secara sistematis memblokir konten yang kritis terhadap pemerintah.
Setelah sensor memblokir tagar "Saya ingin kebebasan berbicara," pengguna beralih ke "CanYouManageDoYouUnderstand.".
Namun, itu juga diblokir oleh Weibo.
Seorang mantan profesor hukum, Xu Zhangrun menerbitkan sebuah artikel yang mengkritik tanggapan pemerintah terhadap pembaruan virus corona.
Artikel tersebut menjadi viral di media sosial China sebelum dilarang.
Artikel itu juga ditarik. Tulisan tangkapan layar akan hilang atau tidak ditampilkan.
Di luar media sosial, peringatan untuk Li Wenliang didirikan di depan Rumah Sakit Pusat Wuhan dan di Hong Kong.
Peringatan menggunakan foto Li melihat ke kamera mengenakan maskernya.
Temukan obat
Para ahli di China akhirnya berhasil menemukan obat virus corona. Ternyata sering dipakai di Indonesia.
Setelah ribuan orang tumbang akibat wabah virus corona, akhirnya para ahli China menemukan penangkalnya.
Tak disangka, obat penangkal virus corona ini, ternyata sudah sering digunakan di Indonesia.
Lewat uji klinis yang dilakukan para ahli di China, mereka akhirnya menemukan sebuah obat yang dirasa efektif untuk menyembuhkan pasien virus corona.
Para ahli di China menyebut obat untuk virus corona tersebut dengan nama Chloroquine Phosphate.
Sementara itu Chloroquine Phosphate di Indonesia lebih dikenal sebagai obat antimalaria.
Kabar baik tersebut juga disampaikan oleh seorang pejabat di China, pada Senin (17/2/2020) lalu.
Melansir dari Xinhua, menurut Sun Yanrong, wakil kepala Pusat Nasional Nasional Pengembangan Bioteknologi di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam konferensi pers mengatakan bahwa para ilmuwan "dengan suara bulat" menyarankan bahwa obat tersebut bisa dimasukkan dalam versi berikutnya dari pedoman pengobatan dan diterapkan dalam uji klinis yang lebih luas sesegera mungkin.
Chloroquine Phosphate sendiri rupanya sudah digunakan selama lebih dari 70 tahun.
Sun menambahkan jika obat Chloroquine Phosphate ini sudah di lakukan beberapa skrining uji coba.
Kini obat tersebut telah mengikuti uji klinis di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, serta di Provinsi Guangdong China Selatan dan Provinsi Hunan di China tengah.
Dan dari uji klinis tersebut obat Chloroquine Phosphate telah menunjukkan kemanjuran yang cukup baik.
Dalam uji coba, kelompok pasien yang telah menggunakan obat sudah menunjukkan indikator yang lebih baik daripada kelompok paralel mereka.
Beberapa tandanya yakni berkurangnya demam, peningkatan gambar pada CT paru-paru, dan persentase pasien yang menjadi negatif dalam tes asam nukleat virus.
"Pasien yang menggunakan obat juga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk pulih," tambahnya kepada Xinhua.
Sun memberi contoh seorang pasien berusia 54 tahun di Beijing, yang dirawat di rumah sakit empat hari setelah menunjukkan gejala virus corona.
Setelah minum obat selama seminggu, ia melihat semua indikator membaik dan asam nukleat berubah negatif.
Sejauh ini, tidak ada reaksi merugikan serius yang jelas terkait dengan obat telah ditemukan diantara lebih dari 100 pasien yang terdaftar dalam uji klinis, katanya.
Pada tanggal 15 Februari 2020, beberapa departemen termasuk Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Komisi Kesehatan Nasional dan Administrasi Produk Medis Nasional mengadakan konferensi video untuk mendengarkan penelitian obat-obatan dan pendapat para ahli klinis tentang kemanjuran obat pada COVID-19.
Tim ahli, yang dipimpin oleh Zhong Nanshan, seorang spesialis pernapasan terkemuka dan seorang akademisi dari Chinese Academy of Engineering, sepakat bahwa Chloroquine Phosphate dapat digunakan untuk merawat lebih banyak pasien COVID-19, kata Sun.
Percobaan 'in vitro' sebelumnya menunjukkan bahwa itu dapat memblokir infeksi virus dengan mengubah nilai keasaman dan kebasaan di dalam sel dan menghalau reseptor virus corona SARS.
Selain itu, juga menunjukkan aktivitas untuk memodulasi kekebalan tubuh, yang dapat meningkatkan efek antivirus 'in vivo' dan didistribusikan secara luas di seluruh tubuh, termasuk paru-paru, setelah pemberian secara oral.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tunda Menikah, Dokter 29 Tahun di Wuhan Meninggal karena Virus Corona.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.