VIRAL Video Ibu Siksa Anak Kandung Diseret hingga Dipukuli, Ingin Goda Mantan Suami yang Nikah Lagi
video viral di media sosial aksi penyiksaan sadis yang dilakukan ibu kandung sendiri pada anak gadisnya. Alasannya hanya ingin goda mantan suami
Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah video viral di media sosial aksi penyiksaan sadis yang dilakukan ibu kandung sendiri pada anak gadisnya.
Video tersebut beredar dan membuat heboh wilayah Abu Dhabi pada Rabu (19/2/2020) waktu setempat.
Pasalnya, aksi seorang ibu ini dinilai sangat brutal pada anaknya.
Pada video singkat tersebut terlihat sang ibu menyeret anak gadisnya dari atas tangga.
Terdengar suara tangisan dan kesakitan dari sang anak.
Tidak hanya diseret secara kasar, pelaku juga memukuli korban.
Dikutip gulfnews.com, pelaku juga menggunakan kata-kata rasis untuk memarahi sang putri.
Baca: VIRAL Seorang Anak Dapat Bullying di Sekolah, sang Ibu Tulis Curhatan di Facebook: Aku Muak!
Baca: Oknum Guru SMPK di NTT Diduga Siksa 27 Siswa Gara-gara Hanya Karena Tak Hafal Bahasa Inggris
"Kamu orang Arab, harus menggunakan kekerasan jika berbicara denganmu.. Sana pergi ke toilet," ujar wanita tersebut.
Setelah video tersebut viral, pihak berwenang Uni Emirat Arab (UEA) pun bertindak.
Ternyata pelaku adalah orang asal Filipina yang tinggal di UEA.
Fakta ini terungkap setelah mantan suami pelaku melaporkan tindakan kekerasan tersebut pada pihak kepolisian.
Pelaku tega melakukan hal sadis tersebut diduga karena hanya ingin membalas dendam pada mantan suaminya.
Pasalnya, saat ini mantan suaminya sekaligus ayah kandung korban telah menikah lagi.
Baca: Cerita Fitriyanti Tampar Siswa yang Membully Anaknya, Wali Murid Balas Melapor, Ini Penjelasannya
Hal ini sama halnya dengan keterangan yang dituliskan pelaku saat bagikan video tersebut.
Pelaku menuliskan hanya ingin menggoda mantan suaminya.
Tak menunggu lama, pihak kepolisian UEA telah menangkap pelaku sehari setelah video tersebut viral.
Menurut laporan resmi, polisi telah mengamankan pelaku pada Kamis (20/2/2020) waktu setempat.
Menurut keterangan polisi, aksi ini dilatarbelakangi permasalahan keluarga.
Menurut pihak berwenang, pelaku ingin balas dendam karena ditinggalkan begitu saja dengan cara menyakiti putrinya sendiri.
Lebih lanjut polisi UEA tak akan ada toleransi terhadap kekerasan pada anak.
Pelaku akan dijerat undang-undang perlindungan anak.
Kasus Ibu Siksa Anak Kandung di Indonesia
Selama delapan tahun ia kerap menganiaya anak-anaknya, tanpa alasan yang jelas.
Sang anak pun mengungkap kalau ibunya kerap marah ketika mereka memakan masakan sang ibu.
Ibunya selalu berkilah agar anak-anaknya masak sendiri jika ingin makan.
Bahkan sang ibu tidak pernah memberikan uang sekolah dan uang jajan untuk anak-anaknya.
Pengakuan itu disampaikan oleh remaja berinisial RM (16) di Samarinda, Kalimantan Timur.
RM mengaku dianiaya ibu kandung sejak usianya masih delapan tahun.
Rupanya bukan hanya RM yang mengalami perlakuan kasar dari ibundanya, sang adik yang baru berusia tujuh tahun juga jadi sasaran sang ibu.
Bahkan kakak pertama mereka yang berusia 27 tahun juga mendapat perlakuan sama.
Selama ini, ketiga saudara perempuan ini sering jadi sasaran amarah ibu kandung mereka.
Dilansir dari Kompas.com, RM mengaku sering dipukul ibu kandungnya menggunakan piring, kayu, bahkan patahan balok dan ganggang sapu.
"Kadang kami lagi makan, dia (ibu) ambil piring plastik yang keras pukul ke bagian muka. Ganggang sapu ibu pukul ke bagian punggung dan bagian tubuh kami," ungkap RM saat ditemui Kompas.com di sebuah rumah makan di Jalan Pasundan, Samarinda, Jumat (24/1/2020).
Saat ditemui, RM didampingi Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim, Rina Zainun.
Sambil menceritakan kekerasan yang dialamiya bersama adik dan kakaknya, air mata RM tampak bercucuran.
Disiksa karena Makan Masakan Ibu
Menurut pengakuan, RM, alasan pemukulan ibunya tak jelas seiring emosi sang ibu.
Kadang, ibunya tak suka jika ketiga anak perempuan itu makan hasil masakannya.
"Ibu bilang, kalau makan, masak sendiri. Jangan makan makanan saya," ungkap RM menirukan ucapan ibunya.
Pengalaman pahit itu dia alami sejak duduk di kelas V SD.
Kini RM sudah duduk kelas III Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Samarinda.
Sementara adiknya duduk di kelas IV SD dan sang kakak bekerja di warung makan.
"Kami ini seakan anak tirinya, padahal kami kandungnya. Kakak saya dipukul pakai balok dan ganggang sapu. Kami dipukul di depan tetangga, bahkan di tempat umum," terang RM.
Kemudian, RM juga tak segan menunjukan bekas pukulan ibunya di bibir hingga berdarah.
Lebam di tangan dan memar di beberapa bagian tubuh.
Tak hanya pukulan, maki dan cacian juga sering dialami ketiga anak ini.
RM mengaku sering diteriaki ibunya menggunakan kata-kata kasar.
"Pukulan itu biasanya spontan, tapi makian hampir kami alami setiap saat," kata dia.
Tak Beri Uang Sekolah
Bukan hanya mencaci dan memukul, sang ibu juga tak mau ikut campur soal biaya sekolah anak-anaknya.
Saat pergi sekolah, ibunya tak memberi uang jajan.
Bahkan tak membayarkan uang sekolah.
Untuk itu, RM dan sang kakak akhirnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan sekolah ia dan adiknya.
Usai pulang sekolah, RM bekerja di angkringan demi mencukupi kebutuhan sekolah. Kadang dibantu sang kakak.
Sejak kecil, ketiga bersaudara ini tak pernah merasakan kasih sayang dari ibunya.
Hanya ada yang pukulan dan makian yang mereka terima selama ini.
"Kami ingin ibu peluk dan kasih sayangnya. Kami ingin diajak curhat bagaimana di sekolah. Itu tidak pernah kami rasakan dari seorang ibu kandung," ungkapnya.
Tak tahan dengan kondisi itu, RM juga sempat berusaha bunuh diri dengan melompat dari atap rumah.
Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya.
Rupanya, sudah berkali-kali ketiga bersaudara ini menceritakan kekerasan yang dialami ke ayah kandungnya.
Tapi respons ayahnya lamban.
Bahkan, menurut RM, ayahnya lebih mudah mempercayai ibunya ketimbang anak-anak kandungnya.
"Kami tunjukin bekas lebam, memar ke bapak. Tapi bapak bilang, 'sabar ya nak, nanti bapak beritahu mama'. Begitu terus kata bapak," seperti ditirukan RM.
Menurut pengakuan RM, ayah mereka selama ini hanya bekerja sebagai buruh bangunan.
Setiap harinya, sang ayah selalu berangkat pagi dan pulang malam.
Karena kecapean, kadang setelah sampai rumah, ayahnya langsung tidur.
Bertemu dengan TRCPA
Sementara itu, RM tak berani melaporkan kejadian yang dialami ia dan kedua saudaranya itu ke polisi.
Beruntung, dia dipertemukan dengan tim reaksi cepat pelindungan anak lewat media sosial.
Koordinator Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim, Rina Zainun menceritakan, awalnya tak tahu RM mengalami kekerasan dari ibu kandungnya.
Keduanya dipertemukan saat Rina memberi komentar di Facebook atas postingan link berita kasus bunuh diri anak.
Kala itu, kata Rina, RM ikut memberi komentar atas status itu.
Komentar RM meminta saran dari Rina atas kejadian yang dialami.
"Anak ini, komentarnya minta saran. Dia tanya, 'bagaimana cara mengajak ibu ngobrol?. Melihat isi komentar ini, felling saya enggak enak. Jadi saya ajak berteman di Facebook, lalu kami komunikasi lewat pesan singkat. Ku ajak dia bicara baik-baik, akhirnya dia curhat semuanya," terang Rina.
Setelah mendengar curhat RM, TRCPA langsung mengajak diskusi ketiga anak ini.
TRCPA meminta bukti. RM kemudian menunjukkan semua bekas pukulan, hingga bukti pesan singkat via WhatsApp RM dengan kakaknya tentang bagaimana kekerasan ibunya ke ketiga anak ini.
Akhirnya, tim memutuskan akan menjadwalkan bertemu dengan ibu kandungnya guna mendudukkan kasus.
Jika ibunya tak bisa menghentikan kekerasan, maka tim akan melapor polisi.
"Nanti kami mau ketemu ibu dari para korban ini dulu. Baru kami bisa sampaikan hasilnya," kata Rina menutup wawancara.
Sebagian artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Alasan Ibu Siksa 3 Putrinya Selama 8 Tahun, Kerap Marah Saat Anak Makan Masakannya
(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari)