Kisah Perjuangan Para Pasien yang Sembuh dari Virus Corona: Paksa Diri untuk Makan
Sejumlah pasien di berbagai negara sedikit demi sedikit dinyatakan sembuh dari virus corona. Ini perjuangan mereka lawan virus corona.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona atau Covid-19 menimbulkan kepanikan tersendiri di sebagian kalangan.
Namun, virus yang berasal dari Wuhan, China itu tak selamanya berbahaya.
Sebagian besar pasien yang mengidap virus corona telah dinyatakan sembuh!
Bahkan jumlah pasien sembuh jauh lebih banyak ketimbang angka kematian akibat virus corona.
Data terbaru yang dikutip Tribunnews.com dari thewuhanvirus.com, jumlah kasus virus corona mencapai 91.307 kasus dan terjadi di 76 negara, per Selasa (3/3/2020).
Baca: Melihat Keberhasilan Vietnam Sembuhkan Seluruh Pasien Virus Corona dengan Nol Kematian
Baca: UPDATE Pasien Virus Corona, dari Total 90.932 Orang yang Terinfeksi, 48.140 Orang Dinyatakan Sembuh
Dari jumlah tersebut, sebanyak 48.140 pasien dinyatakan sembuh alias hampir 52 persen dari kasus infeksinya.
Sementara jumlah korban meninggal mencapai 3.125 orang.
China menjadi negara yang sebagian besar penderita virus corona dinyatakan sembuh, yaitu sebanyak 47.232 orang.
Di luar China, angka kepulihan tinggi dicatatkan oleh Iran (291 pasien) dan Italia (149 pasien).
Baca: Vietnam Umumkan Seluruh Penderita Virus Corona Sembuh, Sebut Sebagai Kemenangan, Apa Tipsnya?
Baca: Corona Bisa Sembuh, Terbukti Menurun di China, Indonesia Harusnya Ambil Pelajaran & Tak Panik
Tanpa menafikan atau menghilangkan simpati pada korban meninggal akibat virus corona, tapi data ini memberikan pengharapan: selalu ada cara untuk sembuh.
Demikian halnya dengan para pasien virus corona yang dinyatakan sembuh di bawah ini.
Mereka membagikan perjuangannya melawan virus corona agar bisa sembuh dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.
Para pasien memaksa diri untuk makan walau badan rasanya tak karuan bahkan ada yang menyebut, rasanya seperti mati.
Namun, tekad mereka untuk sembuh jauh lebih kuat ketimbang virus corona yang 'menyerang' tubuh mereka.
Baca: Update Virus Corona: 90 Ribu Jiwa Terinfeksi, Separuhnya Telah Sembuh,hingga Kabar AS Racik Vaksin
Baca: 11 Mitos Virus Corona yang Jangan Dipercaya Lagi, Tak Bisa Sembuh hingga Pakai Masker Cegah Virus
Inilah kisah perjuangan pasien virus corona sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Li Zhendong
Li Zhendong adalah orang pertama yang didiagnosis virus corona di Kota Jingzhou, Provinsi Hubei, China.
Kini, pria berusia 37 tahun itu dinyatakan sembuh dari virus corona.
Selama 16 hari, Li harus menjalani perawatan di rumah sakit dan menjalani serangkaian tes.
Pada tahap pertama, ia menjalani tes darah, USG, serta melakukan radiografi dada.
Saat dirawat di bangsal, Li memaksakan diri untuk makan demi menjaga nutrisi sehingga tubuh bisa melawan virus.
"Anda harus memaksakan diri untuk makan, karena Anda kehilangan resistensi dan kekebalan jika berhenti makan," katanya.
Li sempat mengalami demam antara 38 dan 40 derajat celcius.
Setelah berangsur-angsur pulih, Li rutin minum obat sesuai resep dan selalu mengikuti saran dokter.
Pada tahap akhir dari proses pemulihan, dia harus tinggal di rumah sakit selama beberapa hari dan menjalani tes asam nukleat.
Hasilnya ternyata negatif dan membuatnya bisa pulang ke rumah.
2. Nyonya Zhang
Kisah perjuangan melawan virus corona kedua datang dari negeri jiran, Singapura.
Adalah Nyonya Zhang (47) yang dinyatakan sembuh setelah berjuang melawan virus tersebut, Minggu (16/2/2020).
Zhang adalah satu di antara 92 warga Singapura lain yang dikarantina sejak dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Mulanya ia tak menyadari bila ikut terpapar virus corona dan dinyatakan demam setiba di Singapura.
Zhang lantas dibawa ke NCID (Pusat Penyakit Infeksi Nasional) pakai ambulans dan kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Dikutip dari Kompas.com, tim medis memasukkan selang oksigen ke dalam hidung agar ia bisa bernapas, tapi paru-parunya tidak bekerja dengan baik.
"Saya ingat dengan jelas hari di mana saya tidak bisa bernapas. Saya pikir saya akan mati."
"Saat itu saya berpikir, 'apakah aku akan mati?'" tambahnya.
Karena kondisi tersebut, Nyonya Zhang dibawa ke ICU.
Para dokter dan perawat siap menolongnya.
Dia mengungkapkan, pada saat itu dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya, tapi pikirannya masih berjalan normal.
Masih teringat jelas momen saat dokter memegang kepala dan bilang agar dirinya tak khawatir, dokter akan memasukkan selang agar ia mudah bernapas.
"Dokter itu terus meyakinkanku. Dia betul-betul dokter yang lemah lembut," katanya.
Semangat Nyonya Zhang semakin kuat setelah tahu sang anak ikut terdiagnosa virus corona, sedangkan suaminya tidak.
Ia teringat pada perjuangan sang suami yang merawatnya dan sang anak bahkan suaminya dikabarkan tidak bisa tidur berhari-hari.
Peran tim medis yang merawat dan menguatkannya untuk sembuh juga menjadi motivasi tersendiri.
Kini, setelah dinyatakan sembuh, giliran Nyonya Zhang yang memberikan motivasi kepada pasien lain.
"Kita harus berjuang. Kita punya keluarga dan teman. Penyakit ini bukan kematian yang tak bisa dihindari."
"Saya yakin dengan tim medis dan keahlian mereka. Saya percaya mereka bisa menyelamatkan kita semua," tambahnya.
3. Kem Senoua Pavel Daryl
Semangat untuk sembuh dan tak ingin menularkan penyakit ini turut dirasakan Kem Senoua Pavel Daryl.
Senoua adalah orang Afrika pertama yang terpapar virus corona dan dinyatakan sembuh.
Saat mengidap virus corona di Kota Jingzhou, dia tidak berniat meninggalkan China, kalaupun hal itu dimungkinkan.
"Apapun yang terjadi, saya tidak ingin membawa penyakit ke Afrika," kata mahasiswa asal Kamerun itu.
Alhasil, mahasiswa berusia 21 tahun itu dikarantina selama 14 hari di asrama universitasnya.
Senoua sempat mengalami demam, batuk kering, dan beragam gejala seperti flu.
Saat jatuh sakit, dia mengenang masa kecilnya di Kamerun tatkala terpapar malaria.
Dia mengira hal paling buruk akan terjadi.
"Saat saya ke rumah sakit untuk pertama kalinya, saya berpikir tentang kematian saya dan bagaimana hal itu akan terjadi," paparnya, dikutip dari Kompas.com.
Selama 13 hari, dia diisolasi di sebuah rumah sakit di China serta diberi antibiotik dan obat-obatan yang biasanya dikonsumsi pasien HIV.
Setelah dua pekan dia mulai menunjukkan tanda-tanda pulih.
CT scan memperlihatkan tiada jejak-jejak Covid-19—penyakit yang disebabkan virus baru corona.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Facundo Chrysna) (Kompas.com/Miranti Kencana Wirawan)