Korea Utara Luncurkan Tiga Proyektil meski Dapat Kecaman dari Negara-negara Eropa
Militer Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan, Korea Utara (Korut) menembbakan tiga proyektil tak dikenal di lepas pantai timur pada Senin (9/3/2020).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNNEWS.COM - Militer Korea Selatan (Korsel) mengungkapkan, Korea Utara (Korut) menembakan tiga proyektil tak dikenal di lepas pantai timur pada Senin (9/3/2020).
Tindakan yang dilakukan Korea Utara dua hari setelah latihan tembak langsung pada Selasa (3/3/2020) itu mendapat kecaman.
Melansir Time, dalam sebuah pernyataan Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan mereka mendeteksi tiga peluncuran proyektil dari kota pantai timur, provinsi Hamyong.
Militer Korea Selatan menambahkan, pihaknya tengah memantau Korea Utara yang kemungkinan melakukan peluncuran tambahan.
Dalam 10 hari terakhir, Korea Utara mengatakan pemimpin Kim Jong-un mengawasi dua latihan artileri tembakan langsung dalam uji senjata pertamanya sejak akhir November 2019.
Diketahui, Kim Jong-un memasuki tahun baru (2020) dengan sumpah meningkatkan pencegah nuklirnya dan tidak terikat oleh moratorium uji senjata di tengan kebuntuan diplomasi yang dipimpin Amerika Serikat.
Lebih lanjut, hal itu bertujuan untuk meyakinkan Kim Jong-un meninggalkan program nuklirnya dengan imbalan keuntungan ekonomi dan politik.
Baca: Tersenyum Lebar, Kim Jong Un Pantau Latihan Militer Ditemani Petugas yang Kenakan Masker
Protes Korea Selatan dan Eropa
Sementara itu peluncuran proyektil Korea Utara diprotes Korea Selatan dan beberapa negara Eropa.
Mereka meyakini peluncuran rudal balistik melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Terkait protes itu, Korea Utara justru mengecam pihak luar.
Pemerintah Korea Utara mengatakan pihaknya memiliki hak untuk melakukan latihan militer di hadapan pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan di depan pintunya.
Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB tidak mengeluarkan pernyataan apa pun setelah membahas peluncuran Korea Utara 1 Maret 2020 pekan lalu.
Tetapi lima anggota Eropa mengutuk apa yang mereka sebut tindakan provokatif.
Sementara, Belgia, Estonia, Prancis, Jerman dan Inggris, yang menyerukan pertemuan tertutup, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama sesudahnya.
Mereka mengatakan tes-tes itu merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas regional dan internasional serta melanggar resolusi-resolusi Dewan Keamanan dengan suara bulat.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebut lima negara Eropa mengulangi argumen 'absurd' setelah mengecam latihan militer Korea Utara.
"Mengulangi argumen absurd tentang kecaman dan resolusi pelanggaran PBB setiap kali kita melakukan latihan militer."
"Pemikiran yang tidak logis dan kecanggihan dari negara-negara ini secara bertahap memiliki kemiripan yang dekat dengan AS yang memusuhi kita," kata sebuah pernyataan kementerian.
"Perilaku sembrono dari negara-negara ini dihasut oleh AS akan menjadi sekering yang akan memicu reaksi penting kita," tambah pernyataan tersebut.
Pekan lalu, adik perempuan Kim Jong Un menyuarakan kecaman dan penghinaan terhadap Korea Selatan karena mengkritik latihan tembak langsung sebelumnya.
Baca: Korea Utara kembali Meluncurkan Proyektil di Tahun 2020, Korea Selatan dan Jepang Terus Mengawasi
Pembicaraan Nuklir
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara diduga berniat untuk membuat Korea Selatan tidak seimbang.
Tindakan itu dilakukan sebelum mencari bantuan dalam menghidupkan kembali ekonominya yang bobrok.
Hal itu karena Amerika Serikat telah mengatakan sanksi terhadap Korea Utara akan tetap berlaku.
Kecuali Korea Utara mengambil langkah-langkah signifikan menuju denuklirisasi.
Lebih jauh, pembicaraan nuklir antara Pyongyang dan Washington tetap macet sejak pertemuan puncak kedua antara Kim dan Presiden Donald Trump di Hanoi, Vietnam.
Pertemuan yang terjadi pada awal 2019 dikabarkan berakhir tanpa kesepakatan.
Pembicaraan selanjutnya antara kedua negara gagal menghasilkan banyak kemajuan di tengah perselisihan tentang berapa banyak sanksi yang harus diberikan sebagai imbalan atas langkah terbatas untuk pindah dari senjata nuklir oleh Korea Utara.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)