Wajah Merah, Perawat Corona di Italia: Lelah Tapi Cinta Pekerjaan Ini
Seorang perawat membagikan potret diri setelah dia berminggu-minggu bekerja untuk merawat pasien Covid-19.
Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Daryono
Peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang berbanding terbalik dengan fasilitas medis pun membuat para dokter menemui pilihan sulit.
Mereka menghadapi situasi di mana mereka harus terpaksa memilih siapa yang mendapatkan tempat tidur dan respirator.
Dengan kata lain, para dokter harus memilih siapa pasien yang lebih diutamakan.
"Kita harus memilih siapa yang akan dirawat," kata seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Milan.
Sang dokter menambahkan, Lombardy memiliki sekitar 900 tempat tidur yang tersedia untuk pasien yang membutuhkan perawatan intensif.
Namun, di beberapa provinsi, terutama di Bergamo, Lodi dan Pavia, rumah sakit benar-benar penuh.
Oleh karena itu, para dokter di Italia memberikan keputusan.
Luigi Riccioini, seorang ahli anestesi dan kepala komite etika di Siiarti, Italian Society of Anesthesia, Analgesia, Resuscitation and Intensive Care, menjawabnya.
Riccioini turut menulis pedoman baru tentang bagaimana memprioritaskan pengobatan pasien virus Corona di rumah sakit.
Hasilnya, para dokter memprioritaskan pasien yang lebih muda dan sehat daripada pasien yang lebih tua atau memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Pasalnya, pasien yang lebih muda dan sehat dianggap memiliki peluang terbesar untuk bertahan hidup.
"Kami tidak ingin membeda-bedakan," kata Riccioini.
"Kami menyadari, tubuh pasien yang sangat rapuh tidak dapat mentolerir perawatan tertentu dibandingkan dengan orang yang sehat," sebutnya.
Dengan mengeluarkan rekomendasi tersebut, Riccioni mengatakan, dia ingin memastikan dokter dan staf medis mengetahui pilihan yang sulit ini.
"Banyak kolega takut akan peningkatan wabah ini," tambahnya.
Giulio Gallera, penasihat kesejahteraan untuk Lombardy mengatakan, tekanan tinggi pada dokter membuat mereka semakin stres.
Gallera menyebut, dia sempat melihat beberapa petugas media menangisi situasi mengerikan di rumah sakit mereka.
"Mereka takut mereka tidak dapat memberikan perawatan yang dibutuhkan semua orang, karena permintaan melebihi sumber daya," kata Gallera.
Dalam sebuah wawancara di harian Italia Senin (9/3/2020) lalu, Christian Salaroli, seorang ahli anestesi dari sebuah rumah sakit di Bergamo, membandingkan situasi di rumah sakit dengan masa perang.
Pasien tua dibiarkan di pinggir jalan.
"Pilihan telah dibuat, di mana hanya pasien Covid-19 yang masuk. Jika seseorang berusia 80-95 tahun dan memiliki gangguan pernapasan akut, dia mungkin tidak bisa diselamatkan," terang Salaroli.
Mario Riccio, seorang ahli anestesi yang bekerja di sebuah rumah sakit di Cremona, turut memberi komentar.
Ia menyebut, prinsip "pertama datang, pertama dilayani" sudah tidak berlaku lagi setelah virus Corona mewabah di Italia.
(Tribunnews.com/Siti Nurjannah Wulandari/ Citra Agusta Putri Anastasia)