Panic Buying, Warga Singapura ke Supermarket Usai Malaysia Tutup Perbatasan
Para pembeli yang mendatangi supermarket pada Senin (16/3) malam kemarin, terlihat berbelanja dalam jumlah relatif lebih kecil.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Stok kertas toilet di rak supermarket pun kembali habis pada momen ini.
Seorang pensiunan yang menyebut namanya hanya bernama 'Tan' mengatakan bahwa ia mendengar kabar jika Malaysia akan menerapkan sistem lockdown.
Ia pun merasa khawatir karena banyak produk makanan yang dijulan di Singapura, selama ini berasal dari Malaysia.
"Kami hanya ingin menyiapkan stok untuk beberapa hari pertama, saya pikir pemerintah mungkin akan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini," kata Tan.
Sementara itu seorang ibu rumah tangga berusia 66 tahun, Alice Wong mengatakan bahwa awalnya ia berencana membeli bahan makanan pada Selasa pagi.
"Setelah saya lihat berita tentang lockdown Malaysia ini, saya pikir jika saya tidak beli bahan makanan itu malam ini, ada kemungkinan saya tidak bisa membelinya besok," kata Wong.
Wong pun akhirnya membeli bahan-bahan makanan kering, beras dan minyak.
CEO Fair Price Group, Seah Kian Peng mengatakan bahwa lonjakan permintaan secara mendadak untuk bahan makanan dan produk kebersihan mengakibatkan toko-tokonya untuk sementara waktu kehabisan stok.
Di sisi lain, antrean panjang juga terlihat di supermarket besar di Toa Payoh Central and Marine Terrace, NTUC Finest di Bukit Timah Plaza serta Sheng Siong di Punggol.
Produk seperti telur, mie instan, roti, buah, nasi serta kertas toilet adalah barang yang banyak diburu para pembeli.
Setelah terjadinya panic buying gelombang pertama yang menunjukkan betapa massivenya perburuan stok barang yang ada di berbagai supermarket di Singapura, pemerintah negara itu pun menyerukan agar warganya tetap tenang.
Karena pemerintah memastikan bahwa ada banyak persediaan terkait kebutuhan pokok selama mewabahnya corona.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.