Panic Buying, Warga Singapura ke Supermarket Usai Malaysia Tutup Perbatasan
Para pembeli yang mendatangi supermarket pada Senin (16/3) malam kemarin, terlihat berbelanja dalam jumlah relatif lebih kecil.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Sesaat setelah pemerintah Malaysia mengumumkan sistem penguncian (lockdown) secara nasional, warga Singapura terlihat bergegas ke supermarket pada Senin dini hari waktu setempat.
Ini mengingatkan pada adegan pada 7 Februari lalu saat Singapura meningkatkan status peringatan Kondisi Sistem Tanggap Wabah Penyakit ke level oranye, mengacu pada antisipasi menyebarnya virus corona (Covid-19).
Namun, aksi borong di supermarket ini tidak seperti panic buying yang terjadi pada bulan lalu, saat warga Singapura terlihat memenuhi troli mereka dengan barang-barang seperti kertas toilet hingga produk makanan.
Para pembeli yang mendatangi supermarket pada Senin (16/3) malam kemarin, terlihat berbelanja dalam jumlah relatif lebih kecil.
Kemarin malam, Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin telah mengumumkan bahwa negaranya akam melarang warganya untuk meninggalkan Malaysia dan tidak mengizinkan orang asing masuk ke wilayah negeri jiran.
Sistem lockdown ini akan berlaku selama dua pekan, terhitung sejak 18 Maret besok hingga 31 Maret 2020, dengan penerapan mencakup semua bisnis kecuali toko yang menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Dikutip dari laman Malay Mail, Selasa (17/3/2020), antrean di supermarket lokal NTUC FairPrice yang terletak di sepanjang Yishun Ring Road, Singapura, mulai terlihat di luar pintu masuk, pada pukul 23.30 waktu setempat.
Ada sekitar lebih dari 50 orang telah mengantre, mereka rata-rata membeli bahan makanan seperti telur dan daging, serta barang kebutuhan sehari-hari yakni tisu toilet gulungan.
Bahkan saat jam menunjukkan memasuki waktu dini hari, lebih banyak warga Singapura berdatangan dan ikut bergabung dalam antrean.
Seorang siswa berusia 15 tahun, Hudson Tang yang berada di supermarket itu bersama ibunya, terlihat berjalan keluar NTUC FairPrice dengan membawa beberapa kantong belanjaan yang berisi sereal, telur, juga kertas toilet.
Ia mengatakan bahwa dirinya dan ibunya telah menunggu antrean itu selama 45 menit sejak pukul 23.00, setelah ibunya menerima pesan WhatsApp yang menyampaikan informasi agar segera membeli barang-barang kebutuhan pokok.
"Saya sebenarnya tidak mau lihat antrean seperti ini, tapi saya kira jika anda melihat orang panik, pastinya anda juga akan ikut panik," kata Hudson.
Di NTUC FairPrice yang terletak di lokasi lainnya yakni di Havelock Road, seorang karyawannya mengatakan bahwa kerumunan orang mulai bertambah setelah pukul 23.00 waktu setempat.
Saat berjaga di supermarket, sekitar 50 pembeli tampak membentuk barisan berkelok di area supermarket, mereka memenuhi masing-masing ujung jalan.
Stok kertas toilet di rak supermarket pun kembali habis pada momen ini.
Seorang pensiunan yang menyebut namanya hanya bernama 'Tan' mengatakan bahwa ia mendengar kabar jika Malaysia akan menerapkan sistem lockdown.
Ia pun merasa khawatir karena banyak produk makanan yang dijulan di Singapura, selama ini berasal dari Malaysia.
"Kami hanya ingin menyiapkan stok untuk beberapa hari pertama, saya pikir pemerintah mungkin akan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini," kata Tan.
Sementara itu seorang ibu rumah tangga berusia 66 tahun, Alice Wong mengatakan bahwa awalnya ia berencana membeli bahan makanan pada Selasa pagi.
"Setelah saya lihat berita tentang lockdown Malaysia ini, saya pikir jika saya tidak beli bahan makanan itu malam ini, ada kemungkinan saya tidak bisa membelinya besok," kata Wong.
Wong pun akhirnya membeli bahan-bahan makanan kering, beras dan minyak.
CEO Fair Price Group, Seah Kian Peng mengatakan bahwa lonjakan permintaan secara mendadak untuk bahan makanan dan produk kebersihan mengakibatkan toko-tokonya untuk sementara waktu kehabisan stok.
Di sisi lain, antrean panjang juga terlihat di supermarket besar di Toa Payoh Central and Marine Terrace, NTUC Finest di Bukit Timah Plaza serta Sheng Siong di Punggol.
Produk seperti telur, mie instan, roti, buah, nasi serta kertas toilet adalah barang yang banyak diburu para pembeli.
Setelah terjadinya panic buying gelombang pertama yang menunjukkan betapa massivenya perburuan stok barang yang ada di berbagai supermarket di Singapura, pemerintah negara itu pun menyerukan agar warganya tetap tenang.
Karena pemerintah memastikan bahwa ada banyak persediaan terkait kebutuhan pokok selama mewabahnya corona.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.