130 Turis Inggris Terdampar di Bandara Ngurah Rai, Tak Bisa Pulang karena Pembatasan Penerbangan
Warga Inggris yang kini terjebak di Bali, Indonesia mengeluh pada pemerintah agar dipulangkan kembali.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: bunga pradipta p
Beberapa mengatakan mereka diberitahu maskapai penerbangan Emirates bahwa mungkin harus tinggal di Bali selama tiga bulan.
Bagi seorang pelancong seperti Pauline Bennett, penundaan bisa berakibat fatal.
"Dia bilang 'kamu mungkin harus tinggal selama tiga bulan' dan aku hampir pingsan pada saat itu, karena kupikir, aku akan mati," katanya.
Bennett menderita sakit sumsum tulang dan harus mengonsumsi obat kemoterapi setiap hari untuk mencegah stroke.
Bennett mengaku dia hanya punya cukup persediaan obat untuk bertahan hingga Sabtu.
"Aku kehabisan (obat) kemo," katanya.
"Saat kamu punya masalah kesehatan mendasar dan obat-obatan hampir habis, ini adalah situasi yang menyedihkan."
"Sangat menghebohkan, aku sangat bingung," tambah Bennett.
Bennett melakukan perjalanan ke Bali bersama suaminya, Steven, pada awal Maret lalu.
Pasangan ini melakukan liburan bulan madu mengunjungi putri mereka yang tinggal di Australia.
Karena kondisi kesehatannya, ia memeriksakan diri ke dokter umum dan dokter lain sebelum bepergian.
Para dokter pun mengatakan bahwa kondisinya saat itu aman.
Dia mendapat imbauan untuk segera kembali ke Inggris karea wabah Covid-19 yang semakin membesar.
Lantas dia dan suaminya memesan penerbangan pulang dengan jadwal penerangan pada Senin lalu.
Nahasnya saat mereka tiba di bandara, justru Bennett mendapat informasi bahwa penerbangannya ditangguhkan karena ada pembatasan penerbangan ke daerah Uni Eropa.
"Mereka perlu melakukan sesuatu untuk memulangkan kami kembali," ujar Bennett.
"Bagaimana mungkin pemerintah membiarkan kita di sini seperti ini?" tambahnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)